Pexels/Karolina Grabowska
Dilansir dari healthline, jumlah bakteri yang hidup di tubuh manusia melebihi jumlah sel tubuh dengan rasio 10:1. Bakteri ini hidup di kulit, mulut, dan hidung, namun sebagian besar berada di usus, terutama usus besar.
Sekitar 500 hingga 1.000 spesies bakteri berbeda hidup di usus, dengan total sekitar 38 triliun sel. Bakteri usus ini dikenal sebagai flora usus.
Hubungan antara manusia dan bakteri usus adalah saling menguntungkan. Manusia menyediakan makanan, tempat berlindung, dan habitat bagi bakteri. Sebagai imbalannya, bakteri membantu tubuh melakukan beberapa fungsi yang tidak dapat dilakukan sendiri, seperti mempengaruhi berat badan, pengendalian gula darah, fungsi kekebalan tubuh, dan fungsi otak.
Bakteri usus memerlukan makanan untuk bertahan hidup, namun sebagian besar karbohidrat, protein, dan lemak diserap ke dalam aliran darah sebelum mencapai usus besar. Di sinilah serat berperan. Sel manusia tidak memiliki enzim untuk mencerna serat, sehingga serat mencapai usus besar relatif tidak berubah. Bakteri usus memiliki enzim untuk mencerna serat ini.
Serat makanan penting untuk kesehatan karena mereka memberi makan bakteri baik di usus, berfungsi sebagai prebiotik. Ini mendorong pertumbuhan bakteri baik, yang dapat memberikan berbagai efek positif pada kesehatan.
Bakteri baik menghasilkan nutrisi bagi tubuh, termasuk asam lemak rantai pendek seperti asetat, propionat, dan butirat, dengan butirat menjadi yang paling penting. Asam lemak rantai pendek ini dapat memberi makan sel-sel di usus besar, mengurangi peradangan usus, dan memperbaiki gangguan pencernaan seperti sindrom iritasi usus besar, penyakit Crohn, dan kolitis ulserativa.
Fermentasi serat oleh bakteri juga menghasilkan gas, yang bisa menyebabkan perut kembung dan rasa tidak nyaman pada beberapa orang. Efek samping ini biasanya hilang seiring waktu seiring dengan penyesuaian tubuh.