Penyandang Disabilitas Menghadapi 5 Tantangan Berat di Dunia Kerja

Simak tantangan yang dihadapi penyandang disabilitas untuk terjun di dunia kerja

27 Juli 2023

Penyandang Disabilitas Menghadapi 5 Tantangan Berat Dunia Kerja
Popmama.com/Nurul Khoiriyah
Program FOODPRENEUR Webinar pada Rabu (26/7/2023) di Kraft Heinz Innovation Center.

Indonesia telah melakukan upaya untuk meningkatkan hak dan kondisi penyandang disabilitas, namun masih terdapat beberapa tantangan dan kesenjangan yang harus diatasi. Salah satu kesenjangan yang dihadapi ialah rendahnya level pendidikan. 

"Kalau pendidikannya itu secara garis besarnya rendah dan akses informasinya itu juga bisa jadi sangat berhubungan dengan akses tenaga kerjaan yang rendah bagi disabilitas," ungkap Wendy Kusumowidagdo dalam program FOODPRENEUR Webinar “Kembangkan Bisnis Kulinermu” pada Rabu (26/7/2023) di The Kraft Heinz Innovation Center, Jakarta.

Penyandang disabilitas sering menghadapi stigma dan diskriminasi sosial yang mengarah pada pengucilan dari berbagai aspek masyarakat. Oleh karena itu, perlunya kerja sama dan uluran tangan berbagai pihak untuk memberdayakan penyandang disabilitas.

Berikut Popmama.com telah merangkum informasi seputar penyandang disabilitas menghadapi 5 tantangan berat di dunia kerja yang dapat disimak di bawah ini. Apa saja?

1. Stigma yang melekat di masyarakat

1. Stigma melekat masyarakat
Freepik/freepik

Isu disabilitas merupakan suatu isu yang yang banyak orang tidak begitu mengenal. Tidak menutup kemungkinan orang-orang kesulitan berinteraksi dengan penyandang disabilitas lantaran ada perasaan khawatir akan salah bersikap. 

"Nanti saya ngomong kalau saya berbuat yang salah gimana? sensitif apa enggak? dan seterusnya dan seterusnya jadi banyak mungkin dari kita yang khawatir," ungkap Wendy Kusumowidagdo, Executive Director Yayasan Helping Hands. 

Kekhawatiran yang muncul hingga enggan berkomunikasi dengan penyandang disabilitas menciptakan suatu tembok yang pada akhirnya menciptakan jarak dengan mereka. 

"Bisa jadi kekhawatiran itu bahkan membuat kita behenti dulu bahkan kita gak bisa beranjak, kita langsung udah deh daripada saya salah saya gak ngapa ngapain aja, artinya dengan itu kita membangun tembok," tambahnya. 

Di Indonesia sendiri, stigma penyandang disabilitas dapat menyebabkan pengucilan sosial, kesempatan terbatas untuk pendidikan dan pekerjaan, dan kurangnya akses ke layanan kesehatan dan layanan penting lainnya. 

Editors' Pick

2. Rendahnya akses tenaga kerja

2. Rendah akses tenaga kerja
Unsplash/ThisisEngineering RARng

Penyandang disabilitas di Indonesia masih rendah mendapatkan kesempatan kerja di usia produktif. Melansir data LPEM FEB Universitas Indonesia, pada tahun 2021 angka partisipasi tenaga kerja disabilitas sebanyak 44,55% lebih sedikit dibanding non disabilitas, 70,01%.

"10 persen dari seluruh populasi di Indonesia itu adalah penyandang disabilitas, 23 juta dan 17 jutanya itu adalah penyandang disabilitas di usia produktif dengan 7,6 juta itu dari usia produktif itu yang bekerja," ungkap Wendy. 

Angka itu disebut Wendy berdasarkan data dari Bappenas tahun 2020. Dengan jumlah tersebut dapat dikatakan bahwa hanya 40 persen dari usia produktif disabilitas yang bekerja. 

3. Rendahnya akses internet

3. Rendah akses internet
Pexels/Matheus Bertelli

Akses internet yang dimaksud di sini ialah keterjangkauan penyandang disabilitas untuk mengakses informasi di internet. Wendy Kusumowidagdo mengungkap keterbatasan akses internet juga memengaruhi keterbatasan mereka dalam menjangkau kerja.  

"Akses internet bagi disabilitas hanya 8,5 persen dengan non disabilitas itu 45 persen di Indonesia. Jadi, angka yang sangat kecil sekali," ungkap Wendy.

Untuk itu, diperlukannya kemudahan akses internet untuk penyandang disabilitas karena informasi menyebar secara cepat melalui internet. Pada level pendidikan pun kini bisa dilakukan melalui online

"Kalau ada informasi berita itu kan menyebarnya lewat internet seperti itu, jadi ini bisa jadi menjadi keterbatasan dalam akses terhadap informasi dan juga mungkin terhadap pendidikan karena sekarang juga pendidikan itu bisa lewat online juga," tambahnya. 

4. Rendahnya akses pendidikan

4. Rendah akses pendidikan
Freepik/freepik

Rendahnya angka pendidikan bagi penyandang disabilitas juga menjadi tantangan tersendiri bagi mereka. Wendy Kusumowidagdo mengungkap berdasarkan data Bappenas tahun 2020, jumlah angkatan kerja penyandang disabilitas berpendidikan SD ke bawah sebesar 67,78%. 

"Angkatan kerja disabilitas yang berpendidikan SD ke bawah ini 70 persen, sangat-sangat tinggi. Berpendidikannya hanya SD ke bawah dengan kalau perguruan tinggi itu hanya 5 persen," ungkap Wendy.

Rendahnya angka pendidikan juga berhubungan dengan akses informasi dan pekerjaan. Sehingga, penyandang disabilitas memerlukan perhatian khusus pada level pendidikan.

"Kalau pendidikannya itu secara garis besarnya rendah dan akses informasinya itu juga, bisa jadi sangat berhubungan dengan akses tenaga kerjaan yang rendah bagi disabilitas," tambahnya. 

5. Perlunya gotong royong semua pihak

5. Perlu gotong royong semua pihak
Freepik/freepik

Demi mewujudkan keberhasilan penyandang disabilitas, perlunya kontribusi dari berbagai pihak baik dari keluarga ataupun pemerintah seperti yang diungkapkan oleh Wendy Kusumowidagdo.

"Sebenarnya, jalur keberhasilan anak itu syaratnya itu banyak sekali bukan hanya satu yayasan bukan hanya satu perusahaan namun ada dari kementerian pemerintah dari masyarakat dari pendidikan itu banyak sekali dan keluarga," ungkap Wendy. 

Itu dia informasi seputar penyandang disabilitas menghadapi 5 tantangan berat di dunia kerja. Semoga informasi yang disajikan bermanfaat.

Baca juga:

The Latest