Autoimun: Penyakit yang Tengah Tren di Masyarakat, Apa Penyebabnya?

Gaya hidup yang salah menjadi indikasi utama seseorang mengidap autoimun

10 Juni 2024

Autoimun Penyakit Tengah Tren Masyarakat, Apa Penyebabnya
Freepik/Freepik

Penyakit autoimun semakin menjadi tren di kalangan masyarakat karena meningkatnya kesadaran akan gejala-gejalanya dan faktor lingkungan yang memicunya. Banyak orang sekarang lebih waspada terhadap tanda-tanda yang mungkin mengindikasikan autoimun, meskipun kadang-kadang terjadi kesalahpahaman atau klaim yang tidak tepat.

Faktor genetik memang menjadi penyebab utama, namun pengaruh lingkungan juga memiliki peran signifikan dalam mencetuskan penyakit ini. Kesadaran yang lebih tinggi tentang kondisi ini membuat masyarakat lebih peka terhadap gejala-gejala yang ada di sekitar mereka, sehingga lebih banyak yang menduga bahwa mereka mungkin menderita autoimun.

Ditemui dalam acara Grand Opening Immuno Derma Clinic: Klinik Kulit Alergi, Autoimun, dan Inflamasi Pertama di Indonesia, Sabtu (8/6/2024), di Jakarta Selatan, Dr. dr. Windy Keumala Budianti, Sp.DVE, Subsp. DAI., Subspesialis Dermato Alergo Imunologi selaku pemilik Immuno Derma Clinic dan Dr. Bintari Anindhita, Sp.GK., Spesialis Gizi Klinik di Immuno Derma Clinic menjelaskan mengenai fenomena penyakit autoimun yang kian merebak di Indonesia.

“Berdasarkan data lima tahun terakhir, jumlah pasien alergi, autoimun, dan inflamasi di Indonesia terus meningkat, terutama di daerah Jakarta dan sekitarnya. Oleh karena itu, kami sangat senang dan bangga atas resminya pembukaan Immuno Derma Clinic di Jakarta. Kini kami dapat memberikan layanan terbaik dengan konsep patient-centered-care – sebuah konsep perawatan yang menerapkan pemahaman menyeluruh pada pasien dengan mengedepankan nilai, kebutuhan dan pilihan pasien – yang berfokus pada penyakit kulit alergi, autoimun, dan inflamasi. Kami berharap Immuno Derma Clinic memberi banyak manfaat bagi pasien untuk mengendalikan dan berdamai dengan penyakit yang biasanya berjalan kronik serta memiliki kualitas hidup yang lebih baik,” ujar Dr. dr. Windy.

Cek selengkapnya di Popmama.com berikut ini. 

Mengapa Autoimun Semakin Jadi Tren di Masyarakat?

Mengapa Autoimun Semakin Jadi Tren Masyarakat
Freepik/jcomp

Penyakit autoimun semakin menjadi tren di kalangan masyarakat karena meningkatnya kesadaran akan gejala-gejalanya dan faktor lingkungan yang memicunya. Banyak orang sekarang lebih waspada terhadap tanda-tanda yang mungkin mengindikasikan autoimun, meskipun kadang-kadang terjadi kesalahpahaman atau klaim yang tidak tepat.

"Faktor genetik memang menjadi penyebab utama, namun pengaruh lingkungan juga memiliki peran signifikan dalam mencetuskan penyakit ini. Kesadaran yang lebih tinggi tentang kondisi ini membuat masyarakat lebih peka terhadap gejala-gejala yang ada di sekitar mereka, sehingga lebih banyak yang menduga bahwa mereka mungkin menderita autoimun," kata Dr. dr. Windy.  

Gejala Penyakit Autoimun Bukan Hanya di Lihat dari Kondisi Kulit

Gejala Penyakit Autoimun Bukan Ha Lihat dari Kondisi Kulit
Popmama.com/Onic Metheany
Dr. dr. Windy Keumala Budianti, Sp.DVE, Subsp. DAI., Subspesialis Dermato Alergo Imunologi selaku pemilik Immuno Derma Clinic

Dr. dr. Windy menjelaskan bahwa Autoimun merupakan penyakit seribu wajah, karena bisa mirip dengan penyakit yang lain. Ada beberapa Autoimun yang mungkin mirip penyakit jamur, penyakit infeksi bakteri juga ada.

"Tetapi sebenarnya setiap penyakit itu ada karakteristiknya dan kalau di kulit ya kita bisa lihat langsung. Kalau di penyakit dalam misalnya gangguan hati karena infeksi atau hati karena autoimun, mungkin agak sulit dibedakan, tetapi kalau di kulit kita bisa lihat dan bisa melakukan berbagai pemeriksaan. Misalnya biopsik kulit itu bisa membedakan. Jadi akan lebih mudah kita mengidentifikasi ini autoimun, alergi, atau penyakit inflamasi lainnya," tambahnya. 

Dr. dr. Windy juga menambahkan bahwa banyak orang yang menyangka bahwa eksim menjadi tanda-tanda dari autoimun. "Eksim adalah dermatitis, dan itu berbeda dengan autoimun. Jalur mekanismenya sangat berbeda. Namun, ada beberapa penyakit autoimun yang menyerupai eksim. Sehingga, mungkin awalnya didiagnosis eksim, tetapi setelah diperiksa lebih lanjut oleh dokter lain, ternyata itu adalah autoimun. Hal ini bisa menimbulkan kesalahpahaman bahwa eksim berkembang menjadi autoimun, padahal mekanisme dan penyakitnya sangat berbeda," tambahnya. 

Autoimun tidak selalu ditandai oleh masalah kulit, tetapi juga bisa terdeteksi melalui mata, pencernaan, dan lain-lain. Keuntungan jika tanda-tanda ada di kulit adalah kita bisa melihatnya langsung, sehingga sering kali ini menjadi petunjuk untuk mengetahui kondisi di dalam tubuh. Bahkan, ada juga sumber utama masalah autoimun yang berasal di perut atau sistem pencernaan, dan masalah kulit hanya merupakan petunjuk awal.

Editors' Pick

Apakah Pasien dengan Autoimun Boleh Menggunakan Skincare?

Apakah Pasien Autoimun Boleh Menggunakan Skincare
Popmama.com/Onic Metheany

Semua orang ingin tampil menawan, terutama pasien dengan alergi dan autoimun. Namun, mereka sering menghadapi masalah kulit sensitif dan kering. Oleh karena itu, pemilihan produk perawatan kulit harus lebih selektif. Misalnya, sekarang orang cenderung menghindari produk dengan pH tinggi, apalagi bagi mereka yang memiliki eksim yang membutuhkan kondisi kulit dengan pH asam terjaga. 

"Saat ini, terdapat berbagai macam produk seperti toner dan langkah-langkah perawatan kulit yang beragam. Namun, tidak semua langkah tersebut diperlukan. Kadang-kadang, perawatan dasar saja sudah cukup. Mengingat banyaknya produk di pasaran, terutama untuk kulit sensitif, penting untuk memilih dengan cerdas. Produsen yang baik biasanya memberikan edukasi tentang penggunaan produknya. Jika bingung, sebaiknya konsultasi dengan ahli karena setiap kondisi autoimun dan alergi berbeda-beda. Ada yang kulitnya sensitif menjadi merah, bersisik, atau gatal tanpa gejala lain. Jadi, perawatan harus disesuaikan dengan kondisi masing-masing," jelas  Dr. dr. Windy. 

Apakah Pasien Autoimun Boleh Melakukan Perawatan Kecantikan?

Apakah Pasien Autoimun Boleh Melakukan Perawatan Kecantikan
Pexels/Ron Lach

"Nah, pada prinsipnya, jika sedang mengalami autoimun atau kambuh alerginya, sebaiknya tidak melakukan tindakan apapun terlebih dahulu. Namun, ada masa-masa remisi di mana kondisinya tenang. Pada masa remisi, tindakan seperti injeksi botulinum toksin, laser, dan filler boleh dilakukan, asalkan mengikuti saran bahwa kondisinya tidak sedang kambuh," ujarnya. 

 Dr. dr. Windy menambahkan pola hidup yang seimbang adalah yang paling utama. Terapi apapun akan lebih efektif jika pola hidupnya seimbang. Ini termasuk tidur yang cukup dan berolahraga secara teratur.

Prinsip ini berlaku baik untuk alergi maupun autoimun. Jika sudah terdiagnosis alergi atau autoimun, orang perlu menyesuaikan pola hidup mereka, meskipun ini tidak selalu mudah. Kita berupaya membantu mereka menemukan cara yang mudah untuk menjalani atau berdamai dengan penyakit ini. Jadi, pola hidup yang seimbang adalah kunci utama, baik sebelum terkena alergi atau autoimun maupun setelah terdiagnosis.

Cara agar Tak Terkena Penyakit Autoimun, Ubah Pola Hidup Lebih Baik!

Cara agar Tak Terkena Penyakit Autoimun, Ubah Pola Hidup Lebih Baik
Popmama.com/Onic Metheany
Dr. Bintari Anindhita, Sp.GK., Spesialis Gizi Klinik di Immuno Derma Clinic

Mengubah pola hidup menjadi lebih sehat adalah kunci untuk menghindari penyakit autoimun. Dengan menjaga berat badan dalam rentang normal melalui diet seimbang dan rutin berolahraga, tubuh dapat mengurangi peradangan kronis yang disebabkan oleh sel-sel lemak berlebih.

"Intinya adalah pola hidup yang sehat sangat penting. Jika berat badan berlebih, maka harus diturunkan hingga mencapai rentang normal. Selain itu, harus mulai berolahraga secara teratur. Kegemukan sendiri merupakan kondisi peradangan kronik karena sel-sel lemak yang besar dapat mengeluarkan sel-sel radang tambahan. Dengan menurunkan berat badan, jumlah sel lemak berkurang, sehingga sel-sel radang yang dapat memicu alergi atau penyakit autoimun juga berkurang. Jadi, pola hidup yang seimbang memang sangat penting," kata Dr. Bintari Anindhita, Sp.GK., Spesialis Gizi Klinik di Immuno Derma Clinic. 

Bagaimana Jika Seseorang Mengidap Penyakit Autoimun Juga Memiliki Obesitas?

Bagaimana Jika Seseorang Mengidap Penyakit Autoimun Juga Memiliki Obesitas
Unsplash/Towfiqu Barbhuiya

Dr. Bintari menambahkan jika seseorang dengan autoimun juga mengalami obesitas, penanganan pertama harus fokus pada autoimunnya hingga mencapai remisi.

"Misalnya, pada kasus psoriasis yang mungkin mempengaruhi area mulut, gangguan makan bisa terjadi, sehingga penderita obesitas juga bisa mengalami kekurangan gizi. Saat kondisi sedang flare atau kambuh, tidak boleh langsung menurunkan berat badan. Flare harus diredakan dulu dengan penanganan dan nutrisi yang tepat. Setelah remisi tercapai, barulah berat badan diturunkan ke berat badan ideal untuk mencegah flare berikutnya. Jadi, prioritas pertama adalah meredakan flare, baru kemudian manajemen berat badan," tambahnya. 

Selain itu, tidur yang cukup, mengelola stres, dan menghindari paparan toksin lingkungan juga memainkan peran penting dalam menjaga sistem kekebalan tubuh tetap kuat dan seimbang. Dengan menerapkan gaya hidup sehat ini, risiko terkena penyakit autoimun dapat diminimalkan secara signifikan.

Dalam menghadapi penyakit autoimun, penting untuk diingat bahwa pengelolaan kondisi ini melibatkan komitmen jangka panjang terhadap perubahan gaya hidup yang lebih sehat.

Selain mengubah pola makan dan rutinitas olahraga, penting juga untuk terlibat dalam praktik-praktik manajemen stres seperti meditasi atau yoga, serta mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesehatan mental. Selain itu, kerjasama dengan tim medis yang terlatih dalam penanganan penyakit autoimun sangat penting untuk memperoleh pemahaman yang mendalam tentang kondisi tersebut dan mendapatkan perawatan yang sesuai dengan kebutuhan individu.

Dengan memprioritaskan perubahan gaya hidup yang sehat dan mendapatkan dukungan medis yang tepat, individu dapat mengambil langkah-langkah proaktif untuk menjaga kesehatan dan meningkatkan kualitas hidup mereka, bahkan ketika mereka hidup dengan penyakit autoimun.

Sebagai informasi, Immuno Derma Clinic mengutamakan pelayanan pasien melalui pendekatan komprehensif dan multidisiplin, serta mengintegrasikan teknologi mutakhir. Dengan konsep patient-centered-care, Immuno Derma Clinic berkomitmen untuk memberikan perawatan kulit terbaik dan terintegrasi bagi masyarakat Indonesia. 

Immuno Derma Clinic memberikan pelayanan personal didukung oleh tenaga kesehatan profesional yang bersertifikasi, antara lain:

  • Subspesialis Dermato-Alergo-Imunologi
  • Spesialis Dermatologi, Venereologi, dan Estetika
  • Dokter Spesialis Penyakit Dalam
  • Dokter Spesialis Gizi Klinik

Jika mengalami indikasi autoimun, bijak untuk memeriksakan diri ke klinik atau Rumah Sakit yang terpercaya guna diagnosis yang tepat dan perawatan yang sesuai. Dengan demikian, individu dapat memperoleh perawatan terbaik dan mengelola kondisi mereka secara efektif.

Baca juga:

The Latest