Pada 1960, di bawah pengawasan Federasi Dunia mantan tentara, sebuah kelompok kerja internasional untuk olahraga penyandang disabilitas dibentuk dengan tujuan untuk mempelajari masalah-masalah olahraga bagi para penyandang disabilitas.
Berdasarkan hal tersebut, Organisasi Olahraga Internasional untuk Penyandang Disabilitas yaitu International Sport Organization for the Disabled (ISOD) pada 1964 menawarkan kesempatan kepada para atlet yang tidak dapat berafiliasi dengan Internasional Stoke Mandevile Games, seperti orang-orang dengan gangguan penglihatan, diamputasi, orang-orang yang mengalami cerebral palsy atau orang-orang yang lumpuh.
Sebanyak 16 negara yang berafiliasi dengan ISOD pada awalnya mendorong untuk memasukkan atlet buta dan yang diamputasi ke dalam Paralympic di Toronto pada 1976 serta atlet dengan cerebral palsy di Arnhem pada 1980. Hal tersebut bertujuan untuk dapat merangkul secara keseluruhan segala gangguan di masa yang akan datang dan bertindak sebagai Komite Koordinasi.
Akan tetapi, organisasi internasional yang berasosiasi dengan disabilitas lainnya seperti Cerebral Palsy International Sports and Recreation Association (CPISRA) dan International Blind Sports Federation (IBSA) didirikan pada 1978 dan 1980.
Kebutuhan akan koordinasi pertandingan, keempat organisasi internasional itu pada 1982 menciptakan International Co-coordinating Committee (ICC) Sports for the Disabled in the World.
Pada mulanya, ICC terdiri dari empat presiden CPISRA, IBSA, ISMGF (International Wheelchair and Amputee Sports Federation), dan ISOD, serta sekretaris jenderal dan satu anggota tambahan. International Committee of Sport for the Deaf (CISS) dan International Sports Federations for Persons with an Intellectual Disability (INAS-FID) bergabung pada 1986 tetapi para penyandang tuna rungu masih mempertahankan organisasi mereka sendiri.
Hal tersebut membuat para negara-negara anggota menuntut lebih banyak perwakilan nasional dan regional dalam organisasi.