Skizofrenia ini tidak hanya bisa terjadi pada orang dewasa, melainkan juga pada anak-anak. Jika Mama melihat gejal ini pada anak mama, sebaiknya segera konsultasikan ke dokter terkait.
Bagi penderita skizofrenia, pengobatan yang akan diberikan adalah dengan memberikan obat-obatan yang dibarengi dengan terapi psikologis. Penderita skizofrenia akan diberi terapi multi tersebut selama beberapa waktu berikut pendampingan berupa konseling.
Selain konseling dengan dokter untuk memperbaiki keadaan mental penderita skizofrenia, dibutuhkan dukungan penuh dari keluarga.
Adapun obat yang biasa diresepkan dalam kasus skizofrenia adalah antipsikotik.
Antipsikotik bekerja dengan cara memengaruhi zat neurotransmiter di dalam otak yang memengaruhi serotonoin dan dopamine. Pada penderita penyakit ini, obat jenis ini bisa menurunkan agitasi dan rasa cemas, menurunkan atau bahkan mencegah halusinasi dan delusi, serta membantu menjaga kemampuan berpikir dan mengingat.
Semua diberikan dengan takaran dosisi tertentu sesuai hasil observasi dokter setelah menjalani pemeriksaan panjang dan sesi wawancara ke penderita skizofrenia.
Antipsikotik bisa digunakan dalam dua cara, yaitu oral yang dalam bentuk pil dan satunya lagi berupa suntik.
Pada pasien yang mudah diatur, dokter akan memberikan pil antipsikotik. Namun pada pasien yang menolak diberikan obat dan memberikan perlawanan pada pengobatan, terpaksa harus disuntik.
Pada pasien yang mengalami agitasi, dokter biasanya akan memberikan benzodiazepine terlebih dahulu sebelum menyuntikkan antipsikotik. Ini dilakukan untuk memberi efek menenangkan pada pasien.
Jika tingkat skizofrenia sudah parah, biasanya penderitanya akan melakukan perilaku tidak terduga seperti bentuk perlawanan saat proses pengobatan. Mereka juga tidak mengakui jiwanya sakit dan perlu menjalani pengobatan.
Untuk menghadapi ini, bersikaplah lebih tenang. Jika ada kekerasan maka penderita skizofrenia akan semakin melawan dan sulit dikendalikan.
Baca juga: Stres dan Komplikasi saat Hamil Sebabkan Skizofrenia pada Anak?