Instagram.com/iranoviarti
Dari sektor swasta sendiri, kursi kepemimpinan yang diduduki perempuan belum bisa menyamai laki-laki. Padahal kepemimpinan perempuan diperlukan untuk punya visi yang nyata mengenai kondisi tertentu yang sampai saat ini masih bias.
Faktanya, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indonesia pada 2019 saja yang mengukur partisipasi aktif laki-laki dan perempuan pada kegiatan ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan baru menunjukkan angka 75,24.
Disampaikan oleh Ira Noviarti selaku CEO dari Unilever Indonesa serta Chairman of Woman in Business Action Council B20 Indonesia Presidency, ada beberapa faktor yang memengaruhi.
"Gap terbesar yang terbesar adalah leadership development, promotion dan salary. Ini hal-hal yang bisa dibilang harus didorong untuk certain policy. Pada saat kita ada policy tersebut, sangat penting untuk kita bekerja sama secara keseluruhan," pungkasnya pada acara yang sama.
Agenda tersebut berperan untuk memberikan akses terhadap perempuan. Lebih penting lagi di dunia digital saat ini. Sehingga tidak bisa bekerja sendiri.
"Perlu diingat juga bahwa tidak semuanya juga berpusat pada perusahaan formal, di sisi informal sangat penting untuk mendukung perempuan untuk bisa connected and accelerate," tutur Ira.
Ira menceritakan, dari segi perempuan sendiri juga harus menunjukkan kepercayaan dirinya. Karena kadang ketika ditawari pada suatu jabatan banyak perempuan yang masih minder padahal dirinya pantas.
"Kita pantas bukan karena kita perempuan tapi karena memang value kita juga di sana. Kita harus percaya diri untuk bisa mengetahui dan memahami kursi yang diduduki itu," ucapnya.