Waspada Hipertensi Bisa Merusak Otak, Yuk Kendalikan Tekanan Darah!

Sering muncul tanpa gejala, hipertensi jadi penyakit kronik yang tidak bisa disembuhkan!

2 September 2022

Waspada Hipertensi Bisa Merusak Otak, Yuk Kendalikan Tekanan Darah
Freepik/User5121831

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan suatu penyakit yang perlu diwaspadai. Sebab, hipertensi bisa menyebabkan gumpalan darah otak mengeras, serta aliran darah menuju otak terhambat. Sehingga memicu terjadinya penyakit stroke, mulai dari skala ringan hingga berat.

Karenanya kita perlu mengenali dan mengendalikan tekanan darah, guna menghindari penyakit berbahaya yang tidak diinginkan. Hal ini sejalan dengan apa yang disampaikan oleh dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, Dokter Spesialis Saraf RS Pusat Jantung Nasional Harapan Kita.

Dalam Virtual Press Conference bertajuk ‘Hipertensi Merusak Otak! Kendalikan Tekanan Darah, Cegah Stroke’ yang diselenggarkaan oleh Bayer, pada Rabu (31/8), dr. Eka mengimbau masyarakat agar mengelola hipertensi, karena hipertensi bisa merusak otak.

Berikut Popmama.com berikan informasi selengkapnya.

1. Angka penderita hipertensi di dunia masih tinggi

1. Angka penderita hipertensi dunia masih tinggi
Pexels/fauxels

Menurut data dari World Health Organization (WHO) di tahun 2021, terdapat 1,4 milyar penduduk dunia hidup dengan hipertensi. Dimana dari data tersebut, hanya 14% yang memiliki tekanan darah terkontrol.

Sementara menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2018, menunjukkan prevalensi hipertensi 34,3% dan hanya 8,8% yang terdiagnosis, 13% diantaranya tidak minum obat, serta 32,3% minum obat tidak teratur. Data tersebut hampir sama dengan hasil survei yang dilakukan Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia (PERHI).

2. Sering muncul tanpa gejala, hipertensi dianggap sebagai silent killer

2. Sering muncul tanpa gejala, hipertensi dianggap sebagai silent killer
dok. Bayer

Menurut dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S, seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila memiliki tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg.

Apabila tekanan darah seseorang sudah mencapai target, bukan berarti dirinya sembuh. Ini hanya menunjukkan tekanan darahnya terkontrol. Jika tekanan darah terkontrol, artinya risiko kerusakan otak seperti stroke, bisa dihindari Ma.

Namun sayangnya, hingga kini masih banyak orang yang tidak mengetahui dirinya menderita tekanan darah tinggi. Sebab, penyakit ini sering kali muncul tanpa gejala. Inilah yang membuat hipertensi disebut sebagai pembunuh senyap atau ‘silent killer’.

Editors' Pick

3. Waspada hipertensi bisa merusak otak dan menyebabkan stroke

3. Waspada hipertensi bisa merusak otak menyebabkan stroke
Freepik/Rawpixel-com

“Hipertensi merupakan faktor risiko utama kejadian stroke. Setiap kenaikan tekanan darah sistolik 2 mmHg, akan meningkatkan risiko stroke 10% pada orang dewasa. Hipertensi sendiri ditemukan pada 64 hingga 70% kasus stroke,” ungkap dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S.

Jadi secara mekanisme, hipertensi atau tekanan darah tinggi pada dasarnya menyebabkan kerusakan sel dinding pembuluh darah (sel endotel). Serta mengganggu fungsi dari otot di dinding pembuluh darah nadi atau arteri.

Kondisi tersebut bisa membuat arteri menjadi kaku dan tersumbat Ma. Nah, kalo arteri yang tersumbat ada di bagian otak, ini bisa menyebabkan otak tidak bisa mengalirkan darah dan oksigen yang cukup. Sehingga semakin lama, semakin banyak sel atau jaringan otak yang mulai mati.

Hal ini yang menurut dr. Eka, bisa membuat seseorang berada pada risiko stroke yang jauh lebih tinggi.

“Kerusakan endotel dan lapisan otot pembuluh darah arteri karena hipertensi, juga dapat menyebabkan penipisan dinding pembuluh darah arteri di otak, yang dapat mengakibatkan arteri bisa atau mudah pecah, dan menyebabkan pendarahan di otak,” tambahnya.

4. Pencegahan stroke bisa dimulai dengan mengendalikan tekanan darah dan memperhatikan faktor risikonya

4. Pencegahan stroke bisa dimulai mengendalikan tekanan darah memperhatikan faktor risikonya
Pexels/Thirdman

Dalam paparannya, dr. Eka mengatakan kalau, mengendalikan tekanan darah bisa jadi langkah awal mencegah terjadinya stroke.

“Selain untuk pencegahan primer stroke, penurunan tekanan darah juga penting mencegah berulangnya stroke. Penurunan tekanan sistolik 10 mmHg akan menurunkan risiko stroke hingga 27% dan besarnya penurunan tekanan darah secara linear akan mengurangi risiko stroke berulang,” jelas dr. Eka.

Selain itu, kamu juga perlu memperhatikan faktor risiko yang bisa menyebabkan hipertensi itu sendiri. Diantaranya usia, obesitas, makanan tinggi garam dan sedikit kalium, kurang berolahraga, merokok, minum minuman beralkohol dan stres.

5.  Udara dingin dan polusi udara jadi dua faktor risiko tambahan penyakit hipertensi

5.  Udara dingin polusi udara jadi dua faktor risiko tambahan penyakit hipertensi
Freepik/pvproductions

Menurut dr. Eka, saat ini ada dua faktor risiko tambahan yang perlu diperhatikan, yakni udara dingin dan polusi udara.

Udara dingin atau suhu rendah, bisa membuat pembuluh darah menyempit secara sementara. Kondisi ini yang meningkatkan tekanan darah, karena akan lebih banyak tekanan diperlukan untuk memaksa darah melewati pembuluh darah yang sempit.

Sementara terkait polusi, dr. Eka menyebut ada beberapa penelitian yang menujukkan bahwa, polusi udara bisa meningkatkan risiko hipertensi dan stroke. Dimana hal ini berhubungan dengan lama paparan, usia dan ada atau tidaknya penyakit kardiovaskular.

6. Pengobatan hipertensi untuk cegah stroke

6. Pengobatan hipertensi cegah stroke
Freepik/Freepik

Hingga saat ini, hipertensi jadi satu penyakit kronik yang tidak bisa disembuhkan. Karenanya, mengontrol tekanan darah jadi satu hal yang penting untuk dilakukan.

Terkait pengobatan, biasanya ini dilakukan guna mencegah terjadinya stroke. Menurut penelitian yang disampaikan oleh dr.Eka, diketahui bahwa pengobatan dengan obat antihipertensi bisa bantu menurunkan risiko stroke hingga 32%.

Beberapa golongan obat yang bisa digunakan yaitu, golongan Calcium-Channel Blockers (CCB), Anti Converting Enzyme Inhibitor(ACEI) atau Angiotensinogen Receptor Blocker (ARB) dan beta blocker. Namun penggunaan obat-obatan tersebut, tentu perlu mempertimbangkan kestabilan dosis obat dan kondisi kesehatan setiap orang.

Demikian informasi yang berhasil Popmama.com rangkum dari pemaparan dr. Eka Harmeiwaty, Sp.S mengenai penyakit hipertensi bisa merusak otak. Semoga ini bisa jadi tambahan informasi baru untuk Mama dan Papa ya!

Baca juga:

The Latest