Setiap generasi punya sosok yang dijadikan panutan. Dulu, mungkin anak-anak mengidolakan tokoh dari televisi atau buku. Kini, banyak remaja yang menjadikan kreator digital sebagai sumber inspirasi.
Tapi lebih dari sekadar hiburan, mereka menjadi cermin nilai dan karakter baru tentang kerja keras, kejujuran, dan keberanian untuk menjadi diri sendiri.
Menurut penelitian Pew Research Center (2023), remaja masa kini tidak hanya menonton konten, tapi juga meniru sikap positif dari figur digital yang mereka percayai.
Proses ini disebut social learning, di mana seseorang belajar dengan mengamati perilaku orang lain dan menirunya secara alami.
Harbie Kurnia (@harbie16), misalnya, menyadari perannya sebagai contoh bagi ribuan anak muda.
“Setiap komentar positif dari orang-orang, itu kayak bahan bakar buat terus berkreasi,” ujarnya dalam acara Exclusive Media Interview Tiktok Awards 2025 di Jakarta, tanggal 11 November 2025..
Sementara Serly (@onebigbite) lebih menekankan kejujuran dalam berbagi.
“Aku ingin review makanan terasa sampai pesannya ke audience, maka dari itu aku juga pengen kasih pesan yang pengen mereka ingat kayak kacangnya ngacang banget atau rasanya darderdor” tuturnya dalam acara Exclusive Media Interview Tiktok Awards 2025 di Jakarta, tanggal 11 November 2025.
Keaslian dan empati yang mereka tunjukkan inilah yang membuat audiens merasa terhubung. Bukan karena mereka sempurna, tapi karena mereka nyata dan itu yang membuat anak-anak kita merasa, “aku juga bisa seperti mereka.”
Menurut psikolog perkembangan Dr. Laurence Steinberg, anak muda cenderung membangun nilai moral dengan meniru figur sebaya yang mereka kagumi.
Karena itu, peran kreator digital sebenarnya mirip seperti “kakak panutan” yang tanpa disadari membantu membentuk karakter audiensnya.
Luqman “Kak Kev” Hakim, pemenang penghargaan tahun sebelumnya, menegaskan pentingnya pesan moral dalam setiap karya.
“Kalau orang bisa tertawa sekaligus belajar sesuatu, artinya konten kita berhasil,” ujarnya pada acara Konferensi Pers Tiktok Awards 2025 di Jakarta, tanggal 11 November 2025.
Bagi para orang tua, fenomena ini mengajarkan bahwa pengaruh anak muda tidak bisa diremehkan. Setiap anak memiliki potensi dan kreativitas yang tinggi.
Mereka adalah bagian dari ekosistem belajar anak-anak kita, tempat di mana nilai, empati, dan keberanian disampaikan lewat bahasa yang lebih dekat dengan generasi sekarang.
Daripada menjauhkan anak dari figur digital, lebih baik bantu mereka memahami mengapa mereka mengidolakan seseorang.
Dari situ, Mama bisa ikut menanamkan nilai bahwa idola sejati bukan yang paling viral, tapi yang paling memberi inspirasi. Papa juga dapat memberikan motivasi dalam segi mental untuk anak.