Studi: Diskriminasi di Tempat Kerja Tingkatkan Risiko Darah Tinggi
Hasil membuktikan bahwa diskriminasi mampu menyebabkan risiko terkena tekanan darah tinggi, lho!
7 Agustus 2023
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Sebuah penelitian terbaru dalam Journal of American Heart Association, menemukan bahwa orang yang menghadapi diskriminasi di tempat kerja memiliki risiko lebih tinggi terkena tekanan darah tinggi, dibandingkan mereka yang tidak.
Tepat pada 2020, Glasdoor melaporkan 61 persen karyawan di Amerika Serikat (AS) pernah mengalami diskriminasi akibat perbedaan ras, usia, jenis kelamin, dan identitas seksual di tempat kerja.
Hal ini menyebabkan rasa stres hingga depresi yang dialami dari mereka saat terkena diskriminasi.
Yuk, simak informasi Popmama.com mengenai studi terbaru bahwa diskriminasi di tempat kerja mampu meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, selengkapnya di bawah ini!
Editors' Pick
1. Sebagian besar data yang dianalisis berasal dari orang yang berkulit putih
Dalam penelitian ini, para peneliti menyelidiki informasi dari Midlife in the United States Study (MIDUS) terhadap orang dewasa di AS. Mereka menganalisis data dari 1.246 orang dewasa yang tidak menunjukkan gejala tekanan darah tinggi antara tahun 2004 dan 2006 pada awal penelitian.
Kemudian, data tersebut didokumentasikan hingga tahun 2013-2014. Sebagian besar data yang dianalisis berasal dari orang berkulit putih. Data tersebut dikategorikan berdasarkan usia dalam tiga kelompok, sebagai berikut.
- Lebih muda dari 45 tahun
- Usia 46 hingga 55 tahun
- Usia 56 dan lebih tua
Para peneliti mendefinisikan diskriminasi di tempat kerja sebagai perlakuan tidak adil atau tidak menyenangkan di tempat kerja karena karakteristik pribadi, khususnya ras, usia, atau jenis kelamin.
Untuk mengetahui apakah mereka mengalami diskriminasi atau tidak, para peserta diminta menjawab survei tentang apa yang mereka alami di tempat kerja.
2. Data partisipan yang mengalami tekanan darah tinggi
Setelah melakukan analisis, peneliti menemukan bahwa ada 319 peserta mengalami tekanan darah tinggi setelah sekitar 8 tahun masa tindak lanjut di akhir penelitian.
Diketahui, mereka yang memiliki hasil skor “menengah” saat mendapatkan diskriminasi di tempat kerja 22 persen lebih mungkin untuk melaporkan tekanan darah tinggi daripada mereka yang memiliki skor “rendah” untuk diskriminasi tempat kerja.
Selain itu, bagi individu yang memiliki skor tinggi terkait diskriminasi di tempat kerja terdapat peningkatan sebesar 54 persen lebih mungkin untuk melaporkan tekanan darh tinggi selama masa studi tindak lanjut.
Hal ini telah dibandingkan dengan mereka yang melaporkan skor diskriminasi tempat kerja yang rendah.