Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Transplantasi Sel Punca, Inovasi Baru Pengobatan Kanker Darah 1.jpg
Dok. Siloam Hospitals Semanggi

Intinya sih...

  • Prosedur ini mengganti sumsum tulang rusak dengan sel sehat untuk memulihkan sistem imun, dengan dua metode utama yaitu autologus dan alogenik

  • Ketersediaan donor yang sulit dan efek samping serius seperti infeksi berat menjadi tantangan utama, namun transplantasi tetap dianggap penting dalam pengobatan kanker darah

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Di tengah derasnya inovasi di dunia medis, harapan bagi pejuang kanker darah kini menemukan secercah cahaya baru. Bukan lagi untuk bertahan hidup, tetapi benar-benar pulih dan bangkit kembali.

Transplantasi sel punca hematopoietik kini jadi sorotan sebagai terobosan baru pengobatan kanker darah. Prosedur ini membawa angin segar bagi pasien leukemia, limfoma, dan penyakit darah serius lainnya.

Mengusung tema ‘United by Unique’, acara ini mempertemukan para pakar dunia dalam satu panggung kolaborasi dan inovasi. Berikut Popmama.com akan mengulas lebih dalam tentang transplantasi sel punca, inovasi baru pengobatan kanker darah

Mengenal Transplantasi Sel Punca, Harapan Baru dalam Kanker Darah

Dok. Siloam Hospitals Semanggi

Transplantasi sel punca hematopoietik (HSCT) kini jadi harapan besar bagi pasien kanker darah. Prosedur ini mengganti sumsum tulang rusak dengan sel sehat untuk memulihkan sistem imun.

“Transplantasi sel punca hematopoietik pada dasarnya bertujuan mengganti sumsum tulang rusak akibat kanker atau kelainan darah, dengan sel punca yang sehat,” kata dr. Nadia Ayu Mulansari, SpPD-KHOM, dari MRCCC Siloam Hospitals Semanggi. 

Ia juga menyebutkan dua metode utama, yakni autologus (menggunakan sel pasien sendiri) dan alogenik (menggunakan donor). Transplantasi autologus biasanya dilakukan pada pasien dengan kondisi stabil, sementara alogenik cocok untuk kasus yang lebih agresif seperti leukemia. 

Tantangan Besar dari Ketersediaan Donor, hingga Efek Sampingnya

Freepik

Namun, jalan menuju kesembuhan ini tak selalu mulus. Tantangan utamanya adalah ketersediaan donor, yaitu hanya sekitar 25–30% pasien yang punya kecocokan dari keluarga.

“Edukasi masyarakat tentang pentingnya menjadi donor sangat krusial. Ketersediaan donor bisa menentukan hidup dan mati pasien,” ujar dr. Nadia.

Selain itu, transplantasi berisiko menimbulkan efek samping serius seperti infeksi berat dan reaksi penolakan tubuh terhadap sel donor. Karena itu, pemantauan pasca prosedur dilakukan secara ketat dan jangka panjang.

Transplantasi Tetap Jadi Pengobatan Utama, Meski Terapi Modern Muncul

Freepik

Meski kini ramai membicarakan terapi CAR-T dan antibodi bispesifik, para ahli sepakat bahwa transplantasi sel punca masih memegang peranan penting. Prof. William Hwang dari National Cancer Centre Singapore menegaskan, bahwa ‘Transplantasi sel punca tidak akan tergantikan dalam waktu dekat.’

Terapi seperti CAR-T memang mengesankan, sel imun pasien dimodifikasi untuk menyerang kanker, namun tetap ada keterbatasan. Biasanya, terapi ini jadi pengantar sebelum transplantasi kuratif.

"Bayangkan CAR-T dan antibodi bispesifik sebagai pasukan khusus untuk menyerang musuh spesifik, lalu transplantasi sel punca sebagai tentara besar yang membersihkan sisa-sisa penyakit," kata Prof. Hwang.

Kolaborasi Lintas Negara dan Institusi, Membuka Akses Pengobatan Luas

Dok. Siloam Hospitals Semanggi

Di Indonesia, transplantasi sel punca sudah bisa dilakukan di beberapa pusat medis besar. Namun, masih ada tantangan seperti keterbatasan fasilitas, tenaga ahli, dan biaya yang tinggi.

“Dengan kerja sama antarnegara dan peningkatan pusat transplantasi di Asia, kita bisa memberi lebih banyak pasien kesempatan untuk sembuh,” ujar Prof. Hwang.

Itu dia informasi terkait transplantasi sel punca, inovasi baru pengobatan kanker darah. Meski transplantasi sel punca memiliki tantangan seperti sulitnya mencari donor, prosedur ini tetap menjadi pilihan utama yang efektif.

Editorial Team