Pentingnya Pengasuhan, Ini Dampak Anak yang Mengalami Kekerasan

Demikian Menteri Yohana mengingatkan

2 Juni 2019

Penting Pengasuhan, Ini Dampak Anak Mengalami Kekerasan
Dok. KPPPA

Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Yohana Yembise mengajak seluruh masyarakat, utamanya dunia usaha untuk bersama-sama memberikan pengasuhan dan pendidikan terbaik bagi anak-anak. Hal ini bertujuan untuk menekan angka kekerasan pad anak.

Di tengah-tengah panggung fashion show pada acara amal bertajuk “Share Our Love With Rumah Belajar Miranda”, Menteri Yohana menyampaikan pesannya.

“Tingginya angka kekerasan terhadap anak yang dibuktikan dengan hasil Survei Nasional Pengalaman Hidup Anak dan Remaja (SNPHAR) 2018 berawal dari gagalnya pengasuhan dan pendidikan yang diberikan kepada anak-anak kita. Hal ini mengakibatkan anak-anak akan rentan mengalami berbagai tindak kekerasan dan bukan tidak mungkin menjadi pelaku kekerasan itu sendiri. Selain itu, mengingat banyak kekerasan dilakukan oleh teman sebayanya sendiri, pendidikan pada anak untuk tidak melakukan kekerasan juga harus terus menerus kita lakukan dan merupakan tugas dan kewajiban kita bersama,” ungkap Menteri Yohana.

1. Angka kekerasan pada anak perempuan lebih tinggi dari anak laki-laki

1. Angka kekerasan anak perempuan lebih tinggi dari anak laki-laki
Dok. KPPPA

Kemen PPPA baru-baru ini meluncurkan SNPHAR 2018. Hasilnya cukup mengejutkan! Hasil survey tersebut menunjukkan bahwa 3 dari anak 5 anak perempuan dan 1 dari 2 anak laki-laki mengalami kekerasan emosional.

Sementara untuk kekerasan fisik terjadi pada 1 dari 3 anak laki-laki dan 1 dari 5 anak perempuan. Salah satu temuan dari survei tersebut adalah pelaku kekerasan banyak dilakukan oleh temannya sendiri.

2. Dampak anak yang mengalami kekerasan

2. Dampak anak mengalami kekerasan
pixabay.com/PublicDomainPictures

Baik kekerasan emosional atau pun kekerasan fisik, keduanya sama-sama berbahaya bagi perkembangan anak. Dibesarkan dalam lingkungan yang seperti ini bisa memberikan banyak dampak buruk pada anak.

Untuk membandingkan dampak berbagai kekerasan anak untuk kesehatan mental,Dilansir dari laman CNN, tercatat Vachon dan rekannya mempelajari hampir 2.300 anak yang menghadiri perkemahan musim panas untuk anak-anak dari orangtua berpenghasilan rendah mulai dari tahun 1986 sampai 2012.

Sekitar 1.200 anak, lebih sedikit dari setengah jumlah peserta, mengalami penganiayaan.

Anak-anak dikelompokkan berdasarkan usia mereka. Sekitar setengah dari jumlah anak dari masing-masing kelompok memiliki sejarah penganiayaan. Anak-anak tidak mengetahui, mana saja teman mereka yang pernah mengalami tindak kekerasan.

Secara keseluruhan, anak-anak yang memiliki riwayat pernah mengalami kekerasan dan pengabaian memiliki kondisi tingkat depresi, menarik diri, kecemasan, neurotisisme yang lebih tinggi, daripada peserta yang tidak mengalami kekerasan.

Perbedaan paling dirasakan oleh anak-anak yang menjadi korban semua jenis kekerasan, termasuk, penelantaran, penganiayaan fisik, seksual, atau emosional. Hasilnya serupa pada anak laki-laki dan perempuan dan untuk seluruh kelompok ras.

Menurut William Copeland, peneliti psikiatri di Universitas Duke di Durham, Carolina Utara, efek kekerasan fisik dan emosional, baik yang terjadi di keluarga atau lingkungan teman, terhadap psikologis dan perilaku anak mungkin mirip.

Anak yang mengalami kekerasan bisa merasakan beberapa hal berikut:

  • Tidak percaya diri karena merasa harga diri rendah
  • Merasa terancam
  • Sulit mempercarai orang lain
  • Merasa curiga pada orang lain
  • Ada kemungkinan anak juga menjadi pelaku kekerasan.

Sirami anak dengan kasih sayang selama tumbuh kembangnya. Mereka berhak mendapatkan perhatian yang cukup dari orangtua dan lingkungannya.

3. Kegiatan sosial Rumah Belajar Miranda

3. Kegiatan sosial Rumah Belajar Miranda
Dok. KPPPA

Dalam kegiatan tersebut, Menteri Yohana mengapresiasi Rumah Belajar Miranda yang digagas oleh Maya Miranda karena telah menyediakan wadah bagi masyarakat, khususnya anak-anak agar dapat mengenyam berbagai kegiatan pendidikan.

Kegiatan yang dijalankan antara lain majelis ta’lim, taman pendidikan Al-Quran, kursus matematika, program pendidikan Bahasa Inggris, kursus baca tulis, taman bacaan, serta literasi media.

Menteri Yohana juga mengajak berbagai pihak, utamanya dunia usaha untuk melakukan berbagai upaya perlindungan dan pemenuhan anak melalui berbagai kegiatan sosial seperti yang dilakukan Rumah Belajar Miranda.

“Saya mengajak seluruh dunia usaha agar bersama-sama melakukan kegiatan sosial. Kita masih banyak menghadapi berbagai tantangan terutama dalam upaya perlindungan dan pemenuhan hak anak di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, kepedulian dunia usaha dan para pelaku bisnis terhadap anak-anak adalah kepedulian kita bersama akan masa depan kita, masa depan Indonesia,” tutup Menteri Yohana.

The Latest