Pernah nggak sih, sepanjang masa pandemi ini kamu merasa kalau kamu nggak baik-baik saja?
Merasa tak bersemangat, mandek, dan tidak bahagia, kamu tidak sendirian. Rasa mendekam adalah salah satu emosi yang dominan di tahun 2021, banyak orang yang merasakan hal ini. Tapi, nggak sedikit orang yang terus berkata dalam diri, nggak kok, aku nggak apa-apa, padahal jelas perasaan kalut terus membayangi diri saat pandemi.
Dilansir dari webmd.com, masalah ini disebut Dialectical behavioral therapy (DBT) atau Terapi perilaku dialektik adalah jenis terapi perilaku kognitif. Terapi perilaku kognitif yang mencoba untuk mengidentifikasi dan mengubah pola berpikir negatif dan mendorong perubahan perilaku positif.
DBT dapat digunakan untuk mengobati orang yang selalu ingin bunuh diri dan perilaku merusak diri lainnya. Ini mengajarkan keterampilan pasien untuk mengatasi, dan mengubah perilaku tidak sehat. Paling sederhana, DBT mendorong keseimbangan antara yang berlawanan.
PPKM dan virus Covid-19 yang masih ada adalah contoh tantangan yang baik di mana kita mungkin merasa sulit untuk melihat keseimbangan, terombang-ambing antara berpikir "segalanya tidak akan pernah kembali normal" atau "semuanya baik-baik saja".
DBT komprehensif berfokus pada empat cara untuk meningkatkan keterampilan hidup:
- Toleransi terhadap Distress: Merasakan emosi yang intens seperti kemarahan tanpa bereaksi secara impulsif atau menggunakan tindakan melukai diri sendiri atau penyalahgunaan zat untuk mengurangi tekanan.
- Regulasi emosi: Mengenali, memberi label, dan menyesuaikan emosi.
- Perhatian: Menjadi lebih sadar akan diri sendiri dan orang lain dan memerhatikan apa yang terjadi saat ini.
- Efektivitas interpersonal: Menavigasi konflik dan berinteraksi secara asertif.
Saat kamu merasa bahwa diri kamu sedang marah, luapkan marahmu, jangan terus menekan apalagi terus menyalahkan diri atas keadaan. Akui bahwa kehidupan normal kita sedang terganggu saat ini, dan mengetahui bahwa kita memiliki alat untuk melewatinya dengan utuh.
Cara ini akan memberi kita ruang untuk merasakan frustrasi dan kembali bersyukur, marahlah dengan tenang, dan optimis dengan hati-hati sambil merasa takut.