Dalam unggahan lainnya, Yandy Laurens memperlihatkan suasana rumah yang mulai kosong dengan tumpukan kardus di ruang tamu.
Terlihat ada mainan anak, perabotan kecil hingga sofa yang dulu jadi tempat mereka berkumpul. Pagi itu terasa seperti hari biasa, tetapi ternyata menjadi momen terakhir mereka tinggal di rumah tersebut.
“Moment pindahan tuh painful sekali sejujurnya. Pagi sarapan masih di rumah ini, pulang sekolah udah di kontrakan baru. For good! Meski ini plan dari lama, tapi pas kejadian terasa tiba-tiba aja. Paginya saya dan Joeanne masih nangis, sadar hari ini pindah rumah,” ungkap Yandy.
Momen itu begitu jujur dan hangat. Yandy menggambarkan perasaan yang mungkin banyak dirasakan keluarga lain, terutama ketika harus pindah dari tempat yang penuh kenangan, meskipun alasannya rasional.
Kini mereka tinggal di kontrakan baru yang lebih dekat ke sekolah anak. Seperti kata Yandy, saatnya membuat babak baru dalam kehidupan keluarga mereka.
Itulah rangkuman Yandy Laurens curhat momen haru pindahan rumah. Melalui unggahan ini, Yandy Laurens menunjukkan sisi lain dari dirinya sebagai seorang papa dan suami.
Ia tak hanya dikenal lewat karya film yang penuh makna, tetapi juga lewat cara ia menghargai kehidupan sehari-hari. Dari coretan di teras hingga tumpukan kardus di ruang tamu, semuanya bercerita tentang cinta, keluarga, dan kenangan yang tak tergantikan.