Popmama.com/Fx Dimas Prasetyo
Lebih dalam lagi, Jeje mengakui bahwa ide film yang ingin ia garap tidak lepas dari pengalamannya sendiri.
“Tentang ibuku. Karena yang aku punya kan cuma ibu. Aku tinggal berdua sama ibu dari kelas 1 SD,” ujarnya dengan jujur.
Jeje tumbuh bersama sang mama, sementara papanya tetap hadir meski orangtuanya telah berpisah.
“Ayah masih ada, cuman pisah. Dan ayah bukan tidak bertanggung jawab. Ayah masih ada karakternya, sampai sekarang,” jelasnya.
Kehidupan inilah yang membuat Jeje memahami arti cinta dalam bentuk yang sederhana namun kuat. Kedekatannya dengan sang mama menjadi sumber kekuatan dan inspirasi dalam banyak lagu yang ia tulis. Ia juga belajar bahwa kasih dalam keluarga tidak selalu harus sempurna untuk bisa terasa tulus.
Itulah mengapa, jika suatu hari memiliki kesempatan dan modal yang cukup, Jeje ingin mengarahkan film yang ia tulis dan garap sendiri.
Film tersebut akan menjadi bentuk penghormatan untuk mamanya sekaligus pesan untuk banyak orang agar lebih menghargai keluarga yang mereka miliki. Bagi Jeje, seni bukan sekadar hiburan, melainkan wadah untuk menyampaikan nilai dan emosi yang lahir dari kehidupan nyata.
Itulah rangkuman Aku Jeje cerita ingin garap film tentang keluarga dan perjuangan anak. Keinginan Aku Jeje untuk menggarap film menunjukkan semangatnya dalam berekspresi melalui berbagai medium.
Jeje bukan hanya ingin dikenal sebagai musisi, tetapi juga sebagai seniman yang menuturkan kisah kehidupan dengan kejujuran dan kehangatan.
Cerita tentang keluarga, hubungan mama-anak, serta perjuangan dalam perjalanan hidup yang ia rencanakan terasa sangat dekat dengan realitas banyak orang.
Jika suatu hari film impian Jeje benar-benar terwujud, karya tersebut tampaknya akan menjadi potret emosional yang menggabungkan kekuatan musik dan cerita, dua hal yang paling melekat dalam diri seorang Aku Jeje.