Menurut laporan dari seorang profesor Psikologi Sosial Eastern Connecticut State University, Madeleine A. Fugère, yang diambil dari jurnal Archives of Sexual Behavior, para peneliti meneliti apakah individu yang mengetahui tentang perselingkuhan orang lain lebih mungkin untuk tidak setia pada hubungan mereka sendiri.
Mereka berhipotesis bahwa mengetahui tingginya tingkat perselingkuhan (yang diperkirakan dapat mencapai 70 persen) dapat berdampak ganda, yakni menurunkan minat dan komitmen terhadap pasangannya yang sekarang sekaligus meningkatkan hasrat pada orang lain.
Singkatnya, mereka berpendapat bahwa kesadaran akan perselingkuhan extradyadic (segala aktivitas yang melanggar batasan dan kesepakatan kesetiaan dalam suatu hubungan yang monogami atau eksklusif) yang dilakukan orang lain dapat membuat individu merasa lebih nyaman untuk melakukan perselingkuhan serupa.
Penelitian awal melibatkan mahasiswa yang berpacaran, di mana mereka ditayangkan dua versi video berbeda mengenai tingkat perselingkuhan, yaitu 86 persen dan 11 persen. Setelah menonton, mereka diminta menuliskan fantasi mengenai orang lain. Menariknya, persentase perselingkuhan yang disajikan dalam video tersebut hampir tidak memengaruhi keinginan mereka untuk selingkuh.
Kemudian, studi kedua memberikan hasil yang berbeda. Peserta yang membaca cerita pengakuan dari orang lain tentang perselingkuhan menunjukkan kecenderungan yang lebih tinggi untuk tertarik pada orang lain yang dianggapnya menarik. Dibandingkan dengan kelompok yang membaca tentang kecurangan akademik, mereka terlihat lebih terbuka terhadap gagasan untuk menjalin hubungan baru.
Hal ini mengindikasikan bahwa mendengar atau membaca mengenai perselingkuhan dalam hubungan romantis dapat membangkitkan rasa ingin tahu atau dorongan untuk mencari opsi pasangan lain. Temuan ini diperkuat oleh studi terakhir.
Pada studi ketiga, peserta yang menerima informasi mengenai perselingkuhan dalam konteks romantis cenderung memiliki tingkat komitmen yang lebih rendah terhadap hubungan mereka saat ini, jika dibandingkan dengan kelompok yang menerima informasi tentang perselingkuhan dalam konteks akademis.
Bahkan, terlihat adanya perbedaan gender, di mana laki-laki menunjukkan kecenderungan yang lebih besar untuk kehilangan komitmen dibandingkan dengan perempuan usai mengetahui data tingginya angka perselingkuhan.
Kesimpulan dari studi di atas bahwa seseorang yang terpapar perselingkuhan dari orang sekitarnya, bisa membuat seseorang menormalisasikan perilaku tersebut itu sebagai hal yang wajar. Akibatnya, hubungan dengan pasangannya itu bisa berisiko untuk mengalami perselingkuhan.
Para peneliti berpendapat bahwa ketika perselingkuhan dianggap sebagai hal yang normal, motivasi seseorang untuk menjaga dan melindungi hubungannya akan menurun, sehingga membuka peluang untuk terjadinya perselingkuhan di masa depan.