7 Cara Berargumen yang Berbahaya bagi Hubungan Suami Istri

Mama perlu tahu, seperti apa argumen yang baik atau buruk untuk sebuah hubungan

1 April 2019

7 Cara Berargumen Berbahaya bagi Hubungan Suami Istri
Freepik/senivpetro

Tinggal bersama pasangan yang kamu cintai adalah bentuk kebahagaiaan yang menyempurnakan hidupmu.

Memiliki pasangan berarti membagi pekerjaan rumah tangga, membagi kehidupan, membagi waktu untuk berhubungan dan bercerita dengannya secara terus-menerus.

Di sisi lain dalam perjalanan hidup tidak semuanya selalu berjalan mulus, kadang ada saatnya beradu argumen dengan pasangan. Perbedaan pendapat dan sudut pandang adalah hal yang wajar.

Inilah 7 macam argumen dengan pasangan yang jangan diabaikan. Ini berguna untuk kamu, jadi kamu bisa membedakan mana konflik yang baik dan buruk untuk hidup kamu.

Mama, perhatikan hal berikut:

1. Menghina pasangan melalui kata-kata

1. Menghina pasangan melalui kata-kata
Freepik/jcomp

Nicole Richardson, LPC-S, LMFT, mengatakan jika dalam sebuah perdebatan ia telah memberi nama perumpamaan atau julukan yang merendahkan kamu, ini buruk untuk hubunganmu. 

"Semua pasangan tidak menyutujui ini, tapi dilakukan saat kamu atau pasangan merasa perlu menimbulkan rasa sakit hati saat lawan bicara mendengarnya. Ini dapat merusak kepercayaan sekaligus hubungan kamu dengan pasangan."

Psikolog Dr Wyatt Fisher menambahkan kritik dan penghinaan adalah pelanggaran keras. Ia menjelaskan bahwa saat kita bertengkar hebat, darah mengalir dari kepala sampai ke jantung kita, ini dapat menyebabkan hilangnya fokus dan susah kontrol verbal.

Akibatnya keluarlah kata-kata kasar dari mulut yang jika diingat kembali akan membuat kita menyesal.

2. Menuduh keras

2. Menuduh keras
Freepik/yanalya

"Kita semua memiliki ketakutan dan kita semua memiliki rasa tidak aman, tapi ketika kita menuduh pasangan kita melakukan sesuatu, terutama jika mereka tidak melakukannya, kita dapat membahayakan hubungan tersebut," kata Richardson.

Membuat tuduhan tanpa fakta nyata untuk mendukungnya hanya menambahkan drama yang tidak diinginkan.

Ini bisa menciptakan argumen tidak sehat dalam hubungan suami-istri.

Editors' Pick

3. Tidak mendengarkan dengan baik

3. Tidak mendengarkan baik
Freepik/nensuria

Sebuah hubungan suami-sitri mudah terkikis keharmonisannya jika mengalami ini. Tidak mendengan dengan baik satu sama lain.

Mama harus mengerti kapan Si Papa marah, dan begitu juga sebaliknya.

"Pasangan kamu tidak harus selalu setuju dengan semua sudut pandang kamu, tapi setidaknya ia mendengarkan dengan baik dan memahami maksudmu," Richardson menjelaskan.

4. Menyalahkan satu orang

4. Menyalahkan satu orang
Freepik

Menurut Richardson, selalu meminta maaf setiap berargumen adalah hal lain yang harus diwaspadai.

Terlalu banyak berkorban bisa menjadi kebencian yang besar dan nantinya akan menjadi argumen berulang.

Mungkin kamu pernah dengar istilah mengungkit-ungkit kebaikan masa lalu.

Nah, inilah yang terjadi jika pasangan minta maaf karena terpaksa, sementara ia tidak melakukan kesalahan apa-apa.

5. Mengunci emosi negatif dalam hati

5. Mengunci emosi negatif dalam hati
Freepik/nensuria

Dr. Grant H. Brenner, MD, psikiater, konsultan, dan psikoanalis di NYC, mengatakan bahwa mengemukakan masalah dari masa lalu dapat mengakibatkan timbulnya emosi negatif.

"Ini adalah pertanda bahwa mereka merasa dikhianati dan ada pelanggaran kepercayaan, yang bisa lepas kendali jika tidak ditangani segera," katanya.

Diskusikan segalanya lebih awal dengan baik-baik ya Ma.

6. Janji yang tidak realistis sebagai solusi semu

6. Janji tidak realistis sebagai solusi semu
Freepik/bearfotos

"Jika seseorang membuat janji yang tidak realistis, entah untuk memberikan sesuatu yang Anda tahu tidak layak, dan terutama jika mereka berjanji untuk berubah dalam beberapa cara dan tidak memiliki rencana yang solid untuk melakukan itu, itu adalah tanda bahwa mereka cenderung mengecewakan kamu," tambah Brenner.

7. Menangis demi ditolong

7. Menangis demi ditolong
Freepik/snowing

Dalam sebuah argumen, jika kamu dan pasangan telah menyinggung perasaan satu sama lain maka ini bisa mengundang keputusasaan saat berkomunikasi.

Dalam hati mungkin ada kejenuhan dan bertanya-tanya, "Kapan perdebatan ini berakhir? Aku merasa lelah."

Brenner mengatakan bahwa seharusnya, kamu jangan mengabaikan ini. "Mereka (yang merasa seperti itu) mungkin merasa hampir menyerah dan tidak berpikir bahwa ada keuntungan untuk membuat hubungan kembali berguna dan membuat ia tetap bersama kamu."

Itulah jenis pola argumen yang sering terjadi antara hubungan suami istri. Jika kamu ingin merawat hubungan kamu untuk tetap bertahan hingga tua nanti, perhatikanlah cara beragumen yang kamu dan pasangan lakukan. Semoga bermanfaat ya Ma.

The Latest