5 Alasan Perempuan Tetap Bertahan dalam Pernikahan Penuh KDRT
Korban biasanya terjebak dalam siklus atau pola yang dibuat oleh pelaku KDRT!
1 November 2023
![5 Alasan Perempuan Tetap Bertahan dalam Pernikahan Penuh KDRT](https://image.popmama.com/content-images/post/20210630/kdrtpng-ff4e176a0e78e3b84aa8dd3f0590deec.png?width=40&height=auto)
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) kerap kali terjadi pada perempuan. Meski begitu, korban KDRT lebih memilih bertahan meskipun mendapat perlakuan tak menyenangkan dari pasangannya.
Hal ini lantaran, korban terjebak dalam siklus atau pola yang dibuat oleh pelaku KDRT. Mereka bertahan dengan harapan bahwa suatu saat keadaan akan membaik. Namun, tidak ada jaminan suaminya bisa berubah dan berhenti melakukan tindak kekerasan.
Nah, berikut beberapa alasan lainnya kenapa perempuan tetap bertahan dalam pernikahan yang penuh KDRT. Kali ini Popmama.com telah merangkumnya dari berbagai sumber.
Yuk Ma, disimak!
1. Percaya bahwa pasangannya masih mencintainya
Siklus KDRT berawal dari konflik rumah tangga lalu terjadi kekerasan sebagai bentuk hukuman atau pelampiasan emosi. Setelahnya, pelaku jadi merasa bersalah dan minta maaf pada korban. Di titik inilah biasanya mereka menggoyahkan keyakinan istrinya.
Setelah permintaan maaf yang tampaknya tulus tersebut, rasanya sulit untuk tetap marah dan membenci suaminya. Mereka percaya bahwa pasangannya masih mencintainya.
Padahal, ada kemungkinan besar tindakan kekerasan tersebut akan berlanjut.
Editors' Pick
2. Menganggap kalau dirinya yang bersalah
Para korban biasanya berpikir bahwa dirinya yang pantas disalahkan atas perilaku kasar suaminya. Oleh karenanya, saat terjadi pertengkaran, mereka memilih mengalah atau menuruti keinginan pasangannya.
Belum lagi para pelaku KDRT biasanya sangat manipulatif. Mereka mencoba membuat korbannya berpikir bahwa mereka pantas mendapat perlakuan ini.
Pelaku biasanya mengatakan sesuatu seperti, "Hal ini tidak akan terjadi kalau sejak awal kamu mau nurut dan tidak membantah!"
Padahal, terlepas dari kesalahan apapun yang Mama perbuat, rasanya tidak pantas untuk memberikan hukuman dengan kekerasan fisik.