unsplash/Priscilla Du Preez
Alkisah, ada seorang lelaki yang berniat menuntut ilmu. Saat dalam keadaan haus, ia tidak sadar memakan apel yang ditemukannya di sungai. Dia merasa bersalah karena memakan apel milik orang lain tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Akhirnya, ia menunda perjalanannya menuntut ilmu demi bisa bertemu dengan sang pemilik apel. Tak lama kemudian, dia sampai ke rumah pemilik apel yang dihiasi kebun apel tumbuh dengan lebatnya.
"Assalamualaikum,"
"Waalaikumsalam wr.wb." jawab lelaki tua dari dalam rumahnya.
Setelah dipersilahkan masuk, sang Lelaki langsung mengatakan maksud kedatangannya tanpa bertele-tele.
"Berapa harus kutebus harga apel ini agar kau rida apel ini aku makan pak tua?" tanyanya.
Lalu pak tua itu menjawab. "Tak usah kau bayar apel itu, tapi kau harus bekerja di kebunku selama tiga tahun tanpa dibayar, apakah kau mau?"
Lelaki tersebut tampak berpikir, namun pada akhirnya selama tiga tahun ia rela bekerja tanpa digaji. Sebab, itu satu-satunya pilihan agar apel yang sudah dimakannya diridai.
Tak terasa sudah tiga tahun ia bekerja di kebun. Di hari terakhir bekerja, ia hendak pamit kepada pemilik kebun.
"Pak tua, sekarang waktuku bekerja di tempatmu sudah berakhir, apakah sekarang kau rida kalau apelmu sudah aku makan?"
Pak tua itu diam sejenak, kemudian menjawab, "Belum."
Lelaki itu terhenyak. "Kenapa pak tua, bukankah aku sudah bekerja selama tiga tahun di kebunmu."
"Ya, tapi aku tetap tidak rida jika kau belum melakukan satu permintaanku lagi."
"Apa itu pak tua?"
"Kau harus menikahi putriku, apakah kau mau?"
"Ya, aku mau." jawabnya.
Bapak tua itu menambahkan lebih lanjut. "Tapi, putriku buta, tuli, bisu dan lumpuh, apakah kau mau?"
Lelaki tersebut tampak berpikir, namun lagi-lagi dia kembali mengingat segigit apel yang telah dimakannya. Dia pun menyetujui untuk menikah dengan anak pemilik kebun apel demi mencari rida atas apel yang telah dimakannya.
"Baiklah pak, aku mau."
Setelah ijab kabul dilaksanakan, lelaki itu pun masuk ke kamar pengantin. Dia mengucapkan salam dan betapa kagetnya ia saat mendengar salamnya dibalas dalam kamarnya. Seketika ia berlari untuk mencari pak tua yang telah menjadi mertuanya.
"Ayahanda, siapakah wanita yang ada didalam kamar pengantinku? Kenapa aku tidak menemukan istriku?"
Pak tua itu tersenyum dan menjawab, "Masuklah nak, itu kamarmu dan yang di dalam sana adalah istimu."
Tentu hal tersebut membuatnya bingung. "Tapi ayahanda, bukankah istriku buta, tuli tapi kenapa dia bisa mendengar salamku? Bukankah dia bisu tapi kenapa dia bisa menjawab salamku?"
Pak tua itu lagi-lagi tersenyum dan menjelaskan,"Ya, memang dia buta, buta dari segala hal yang dilarang Allah. Dia tuli, tuli dari hal-hal yang tidak pantas didengarnya dan dilarang Allah. Dia memang bisu, bisu dari hal yang sifatnya sia-sia dan dilarang Allah, dan dia lumpuh, karena tidak bisa berjalan ke tempat-tempat yang maksiat."
Sang Lelaki hanya terdiam dan mengucap lirih: "Subhanallah,"
Mereka pun hidup bahagia berkat cinta dari Allah SWT.
Jadi itulah beberapa kisah cinta dalam Islam yang menyentuh hati. Benar-benar inspiratif, ya?