Sesampainya di rumah Nabi Syuaib, kedatangan Nabi Musa disambut dengan baik oleh keluarga tersebut. Ia diberikan hidangan berbagai makanan, dan mempersilakan Nabi Musa untuk memakannya.
Namun, Nabi Musa justru menolak seraya berkata, "Sungguh kami berasal dari keluarga yang tidak menjual agama dengan dunia. Kami tidak meminta ganti atas amal kebaikan yang telah kami lakukan."
Padahal saat itu, ia benar-benar sangat lapar. Nabi Musa pergi dari Mesir tanpa bekal apapun, dan dalam perjalanannya ia hanya memakan sayur dan dedaunan.
Mendengar hal tersebut, papa Shafura dan Layya menjawab, "Ini adalah adat kebiasaan kami dan nenek moyang kami, kepada setiap orang yang mengunjungi rumah kami. Orang yang melakukan kebaikan, maka ia berhasil diberi hadiah dan tidak haram mengambilnya."
Nabi Musa akhirnya bersedia menyantap jamuan yang telah dihidangkan untuknya. Setelah itu, ia mulai memperkenalkan dirinya kepada Nabi Syuaib, bahwa dirinya bernama Musa dan berasal dari Mesir.
Ia juga megisahkan bahwa kedatangannya ke kota Madyan dengan berjalan kaki, dilakukan untuk menghindari kerajaan Fir'aun dan kaumnya. Diketahui, ia memang telah membunuh salah satu kaum dari keluarganya, tetapi hal tersebut dilakukan dengan tidak sengaja.
Nabi Musa saat itu sedang membantu salah satu kaum Bani Israil, dari golongannya yang sedang bertikai dengan kaum Fir'aun bernama Al-Qibthi. Tak disangka-sangka pukulan dari Nabi Musa, menewaskan Al-Qibthi dengan seketika.
Laki-laki yang menolong putri dari Nabi Syuaib itu, juga mengisahkan tentang Fir'aun dan kaumnya yang kufur dan zalim pada Bani Israil. Mendengar penjelasan dari Nabi Musa, papa dari Shafura dan Layya pun menenangkan tamunya itu.
"Jangan takut dan tenanglah. Perbaiki dirimu, sungguh kau telah selamat dari kekuasaan yang zalin]m dan kau telah keluar dari kerajaan mereka. Tidak ada raja seperti mereka di negara kami," ujar Nabi Syuaib.