Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Press Conference Rangga & CInta 2
Popmama.com/Dariel Dwiky Aulia

Intinya sih...

  • Leya Princy mendapat dukungan moral dan nasihat dari kedua orangtuanya, yang membantu menjaga ketenangan dan fokusnya dalam memerankan karakter Cinta.

  • Leya banyak berdiskusi dengan orangtuanya untuk memahami kehidupan remaja di era 2000-an, sehingga dapat membangun karakter Cinta secara autentik.

  • Cerita-cerita pribadi mamanya mengenai masa SMA menjadi referensi emosional utama bagi Leya dalam memerankan Cinta dengan cara yang jujur dan autentik.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Aktris muda Leya Princy mencuri perhatian publik setelah diumumkan sebagai pemeran Cinta dalam film Rangga & Cinta.

Film ini merupakan rebirth dari kisah ikonik Ada Apa dengan Cinta?, mengusung kembali semangat, nuansa, dan konflik remaja yang tak lekang oleh waktu. Namun, film Rangga & Cinta melakukan pendekatan baru untuk generasi masa kini.

Dalam konferensi pers Official Poster & Trailer Reveal yang digelar pada Senin (28/7/2025), Leya mengungkapkan proses pendalaman karakternya, termasuk peran besar yang dimainkan oleh papa dan mamanya dalam membantu memahami dunia Cinta.

Berikut ini Popmama.com telah merangkum cerita Leya Princy didukung keluarganya untuk perankan Cinta di Rangga & Cinta.

Yuk, disimak!

Kumpulan Cerita Leya Princy Didukung Keluarga untuk Perankan Cinta di Rangga & Cinta

1. Dukungan papa dan mama jadi fondasi emosional Leya

Popmama.com/Dariel Dwiky Aulia

Leya Princy menegaskan bahwa prosesnya mendalami karakter Cinta tidak lepas dari peran penting kedua orangtuanya.

Baik sang papa maupun mama terlibat aktif memberi dukungan moral dan emosional sejak awal Leya mendapatkan peran tersebut. Bahkan, banyak nasihat dari mereka yang ternyata sejalan dengan arahan dari para kreator film seperti Riri Riza, Mira Lesmana, dan Nicholas Saputra.

“Mereka bilang, try your best, jangan buru-buru, dan cintai dunia itu dengan tulus,” ucap Leya pada konferensi pers di Plaza Senayan XXI

Pesan sederhana namun bermakna itu menjadi prinsip yang ia pegang selama proses reading, latihan, hingga syuting.

Dukungan tersebut menjadi semacam jangkar yang menjaga Leya tetap tenang dan fokus, meski ia membawa beban besar memerankan sosok yang sudah sangat ikonik di benak penonton Indonesia. Leya mengaku bahwa nasihat dan kehadiran keluarganya membuatnya tidak merasa berjalan sendirian dalam proyek besar ini.

2. Diskusi soal era 2000-an bantu membangun dunia batin karakter

Popmama.com/Dariel Dwiky Aulia

Sebagai film yang berlatar awal tahun 2000-an, Leya Princy merasa penting untuk benar-benar memahami konteks sosial dan budaya remaja di masa itu.

Leya lalu banyak berdiskusi dengan kedua orangtuanya, yang saat itu sudah remaja dan dewasa muda, untuk menggali seperti apa kehidupan sehari-hari anak muda di era tersebut.

“Aku nanya, tahun 2000-an tuh kayak gimana sih? Cara ngomongnya gimana? Mainnya di mana aja?” ujar Leya.

Dari situ, ia mendapatkan gambaran yang lebih nyata tentang gaya bicara, cara bersosialisasi, serta tempat-tempat nongkrong remaja saat itu.

Diskusi semacam ini membuat pendekatan Leya terhadap karakter Cinta menjadi lebih dalam dan berlapis. Ia tidak hanya melihat Cinta sebagai tokoh fiksi, tetapi sebagai representasi anak muda zaman itu, yang hidup dalam kultur dan nilai sosial berbeda dari masa kini.

Usaha Leya ini memperlihatkan komitmennya untuk membangun karakter secara autentik, bukan sekadar meniru versi terdahulu.

3. Pengalaman mamanya di masa SMA jadi referensi emosional utama

Popmama.com/Dariel Dwiky Aulia

Menariknya, Leya Princy merasa lebih terhubung secara emosional dengan cerita sang mama dibanding papanya.

Leya mengungkap bahwa mamanya masih duduk di bangku SMA saat awal tahun 2000-an, jadi memang usia sang mama tidak jauh dari karakter Cinta dalam film. Hal ini membuat cerita sang mama terasa sangat relevan dan konkret bagi Leya.

“Kalau bunda kayaknya lebih relate karena waktu itu masih SMA. Jadi lebih dekat ke pengalaman bunda,” ucap Leya.

Lewat cerita-cerita pribadi mamanya, Leya bisa merasakan secara langsung bagaimana jatuh cinta, berteman, atau berkonflik di masa remaja era itu. Ia jadi bisa membayangkan seperti apa kegelisahan dan harapan khas anak SMA di tahun-tahun tersebut, dan menjadikannya referensi dalam membangun ekspresi, intonasi, serta gestur saat memerankan Cinta.

Pendekatan ini bukan hanya memperkaya permainan akting Leya secara teknis, tetapi juga memperdalam koneksi emosionalnya terhadap dunia cerita. Ia pun merasa lebih percaya diri membawa sosok Cinta ke generasi baru, dengan cara yang jujur dan membumi.

Itulah kumpulan cerita Leya Princy didukung keluarganya untuk perankan Cinta di Rangga & Cinta. Lewat dukungan penuh dari keluarganya, terutama papa dan mamanya, Leya Princy menunjukkan komitmen besar untuk menghadirkan karakter Cinta dengan pendekatan yang segar, namun tetap setia pada semangat aslinya.

Diskusi mendalam soal era 2000-an hingga pengalaman pribadi sang mama menjadi bekal emosional yang kuat dalam proses kreatifnya.

Meski memerankan karakter yang sudah melekat di hati banyak penonton bukanlah tugas mudah, Leya membuktikan bahwa dengan ketulusan dan kerja keras.

Leya mampu memberi nyawa baru bagi tokoh Cinta di film Rangga & Cinta. Patut ditunggu bagaimana Leya akan menghidupkan kembali kisah cinta yang legendaris ini di layar lebar.

Editorial Team