Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Lutesha Pilih Cuek Main Dialog Korea di Sampai Jumpa Selamat Tinggal
Popmama.com/Fx Dimas Prasetyo

Film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal mengisahkan perjalanan Wyn yang nekat pergi ke Korea Selatan demi mencari kekasihnya, Dani, yang tiba-tiba menghilang tanpa penjelasan. Di tengah pencariannya, ia bertemu Rey, seorang pekerja migran Indonesia yang awalnya menolak terlibat, namun akhirnya bersedia menemani Wyn.

Dalam wawancara ekslusif bersama Popmama.com di IDN HQ, pada Selasa (27/5/2025), Lutesha selaku pemain tokoh Vanya dan Adriyanto Dewo selaku sutradara film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal, berbagi informasi tentang karakter Vanya hingga tanggapan Lutesha terkait akting bahasa Korea.

Disutradarai Adriyanto Dewo, film ini menyentuh tema cinta, hubungan toksik, dan trauma emosional, dengan latar kehidupan para migran. Lewat makna ganda dalam judulnya, film ini menyoroti fenomena "ghosting" serta pilihan hidup ekstrem seperti menghilang demi memulai segalanya dari awal, dikenal sebagai Johatsu.

Nah, dalam artikel ini Popmama.com telah merangkum terkait Lutesha ungkap masa lalu Vanya di film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal secara lebih detail.

Yuk, disimak informasinya!

Pengalaman Hidup Karakter Vanya Penuh Kekelaman

Popmama.com/Fx Dimas Prasetyo

Dalam film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal, Lutesha memerankan Vanya, seorang perempuan Indonesia yang sudah lama tinggal di Korea Selatan. Karakternya digambarkan sebagai sosok yang keras dan dingin, hasil dari masa kecil yang penuh perjuangan tanpa kasih sayang dari orangtua.

"Vanya ini bisa dibilang bos yang menyalurkan pekerjaan ilegal kepada imigran-imigran gelap di Korea. Aku sama sutradara udah bikin semacam background story-nya, dia dari kecil udah hidup mandiri, harus kerja, tidak mendapatkan kasih sayang dari orangtuanya, terus dia udah pindah-pindah tempat gitu," ucap Lutesha.

Sejak kecil, Vanya hidup mandiri dan harus berpindah-pindah tempat, membuatnya selalu berada dalam mode bertahan hidup. Kondisi tersebut membentuk Vanya menjadi pribadi yang menghalalkan segala cara demi menyelamatkan diri. Ia tidak memiliki empati dan hubungan dengan orang lain cenderung bersifat transaksional.

"Jadi dia emang selama hidupnya selalu di dalam survival mode dan menghalalkan segala cara untuk menyelamatkan dirinya, gitu. Maka dari itu, dia menjadi orang yang dingin, dia gak punya empati, dia hubungan sama orang-orang di sekitarnya cuma transaksional gitu," jelas Lutesha.

Di Korea, Vanya menjadi semacam bos yang menyalurkan pekerjaan ilegal kepada imigran gelap. Peran ini menunjukkan sisi gelap kehidupan para imigran yang harus berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah ketidakpastian dan bahaya yang mengintai.

Perjuangan Vanya di Korea dan Dinamika Sosialnya

Popmama.com/Fx Dimas Prasetyo

"Vanya ini udah lama tinggal di sana dan berusaha sama mafia-mafia. Dia juga sempet ditipu sama orang sana. Terus dia harus bertahan hidup dengan menjadi yang istilahnya orang lihat tuh 'Lo jangan macem-macem sama gue deh'," ucap Adriyanto.

Vanya telah lama tinggal di Korea dan berhadapan dengan berbagai mafia serta pengalaman ditipu oleh orang. Pengalaman pahit tersebut membuatnya selalu waspada dan menjaga diri agar tidak mudah dimanfaatkan. Sikap tegas dan dingin yang dimilikinya menjadi tameng agar orang lain tidak berani mengganggunya.

"Udah makan banyak asam garam hidup di Korea," jelas Lutesha.

Kehidupan Vanya penuh dengan tantangan yang menguji ketangguhan mental dan fisiknya. Ia harus beradaptasi dengan kerasnya lingkungan yang penuh intrik dan bahaya, sekaligus berusaha mempertahankan eksistensinya sebagai imigran gelap. Kondisi ini membuatnya dikenal sebagai sosok yang tidak bisa diremehkan.

Melalui Vanya, film ini menggambarkan realitas keras yang dialami oleh banyak imigran. Kisahnya membuka pandangan penonton tentang bagaimana mereka harus berjuang keras, menghadapi penipuan, dan bertahan hidup di tengah dunia yang tidak ramah.

Vanya menjadi simbol keteguhan dan perjuangan tanpa henti.

Main Film Dialog Bahasa Korea, Lutesha Tetap Santai

Popmama.com/Fx Dimas Prasetyo

Peran Vanya menuntut Lutesha untuk menghadapi dialog yang sangat berat dan intens dibandingkan dengan film-film sebelumnya.

Tantangan ini membuatnya harus mempersiapkan diri secara matang agar bisa membawakan karakter dengan tepat dan meyakinkan. Proses reading dan workshop menjadi bagian penting dalam persiapannya.

"Aku anaknya cuek aja untungnya. Tapi dibandingkan sama film yang lain itu, yang di sini benar-benar heavy-dialog, sedangkan yang di film satu lagi, sedikit doang," ucap Lutesha.

Selain itu, Lutesha mendapatkan bantuan dari dialect coach yang mengajarinya cara pelafalan bahasa Korea yang benar. Konsultasi dengan penutur asli Korea juga membantunya memahami nuansa bahasa dan budaya yang harus dihadirkan dalam perannya. Hal ini membuat aktingnya terasa lebih autentik dan natural.

"Ketakutan sih ada, tapi untungnya kita ada proses reading sama workshopnya. Kita ada dialect coach-nya, kita diajarin cara pelafalan bahasa Korea seperti apa. Terus di sana kita juga ada orang Koreanya, jadi kita bisa konsul, gitu,” jelas Lutesha.

Persiapan yang matang ini membantu Lutesha mengatasi ketakutan dan kesulitan saat perankan Vanya.

Dengan dukungan tersebut, ia mampu menampilkan karakter yang kuat dan kompleks, sekaligus menghadirkan emosi yang mendalam dalam film. Proses ini menunjukkan profesionalisme dan dedikasi Lutesha sebagai aktris.

Lutesha Sempat Berhalangan Main Film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal

Popmama.com/Fx Dimas Prasetyo

Lutesha menjadi pilihan utama untuk memerankan Vanya sejak awal proses casting. Namun, pada awalnya ia sempat tidak bisa bergabung karena bentrok jadwal dengan proyek lain. Beruntung, akhirnya ia bisa menyesuaikan waktu sehingga dapat ikut ambil bagian dalam film ini.

Sutradara Ardi menilai Lutesha sebagai aktris yang tepat untuk membawa karakter Vanya karena kemampuannya yang kuat dalam menghadirkan sosok yang kompleks dan penuh konflik. Kehadirannya dianggap sangat penting untuk menghidupkan cerita dan menyampaikan pesan film secara efektif.

Dengan keterlibatan Lutesha, film ini mampu menampilkan karakter utama yang kuat dan realistis. Proses casting yang tepat ini menjadi salah satu kunci keberhasilan film dalam menggambarkan kehidupan keras para imigran di Korea Selatan melalui sudut pandang Vanya. Lutesha pun mendapat kesempatan untuk menunjukkan kemampuan aktingnya yang semakin matang.

"Lutessa paling terakhir join. Tokoh Vanya awalnya memang kepikiran Lutesha, tapi waktu itu sempat nggak bisa secara jadwal, untungnya akhirnya bisa," ucap Adriyanto.

Itulah rangkuman terkait Lutesha ungkap masa lalu Vanya di film Sampai Jumpa, Selamat Tinggal. Jangan lupa untuk menyaksikan film ini di bioskop terdekat ya, Ma.

Editorial Team