Wenny Angelina: “Saya maafkan teroris itu”

Tak terbayang rasa pilu orangtua yang harus mengantar dua anaknya ke makam

18 Mei 2018

Wenny Angelina “Saya maafkan teroris itu”
Facebook.com/Intan Pasaribu

Wenny Angelina adalah mama Vincentius Evan Hudojo (11) dan Nathanael Ethan Hudojo (8), dua anak yang tewas akibat ledakan bom bunuh diri di Gereja Katolik Santa Maria Tak Bercela, Surabaya. Kejadian di Minggu, 13 Mei 2018 pagi itu seketika merengut keceriaan keluarga Wenny.

Wenny Sudah Memaafkan Teroris

Wenny Sudah Memaafkan Teroris
Facebook.com/Intan Pasaribu

Tentu saja, Wenny merasa marah atas kematian anak-anaknya. Namun, di ibadah tutup peti kedua anak itu, Rabu (16/5), Ratna Handayani, ipar Wenny, mengatakan Wenny telah memaafkan pelaku bom bunuh diri itu.

“Wenny akhirnya bisa mengampuni penjahat itu. Dengan hati yang rela ia menyerahkan Evan dan Nathan ke pangkuan Tuhan,” begitu kata Ratna dalam ibadah itu.

Wenny mendapat izin dari pihak rumah sakit untuk hadir di acara itu. Ia masih harus menjalani perawatan intensif sebab masih ada pecahan bom yang belum berhasil dikeluarkan oleh pihak medis. Wenny hanya memiliki waktu empat jam untuk menyapa anak-anaknya terakhir kali. Bahkan, untuk mengunjungi rumah duka, Wenny diantar memakai ambulans dan masih memakai infus.

Di video yang dibuat oleh BBC Indonesia, Wenny memilih baju-baju kesukaan anak-anaknya untuk dimasukan ke dalam peti mati mereka. Wenny juga mengusap lembut kepala anak-anaknya dan tampak membisikan pesan. Ia menangis, tentu saja. Namun Wenny tampak tegar.

Menurut keterangan keluarga, Evan dan Nathan akan dimakamkan pada hari Minggu (20/5). Keduanya akan dimakamkan di Sukorejo, Pasuruan, Jawa Timur.

Baca Juga: Mengenal Trauma Pada Anak Pasca Kejadian Bom

Wenny Angelina “Saya maafkan teroris itu”
Instagram.com/WennyAngelina
Evan

Wenny Angelina “Saya maafkan teroris itu”
Instagram.com/WennyAngelina

Sang Mama Masih Mengalami Mimpi Buruk

Sang Mama Masih Mengalami Mimpi Buruk
Instagram.com/WennyAngelina
Wenny dan Nathan

Kepada IDN Times, Ratna Handayani, menceritakan bahwa Wenny masih sering mengalami mimpi buruk. Setiap malam sejak kejadian, Wenny seringkali menangis menjerit-jerit memanggil anak-anaknya dalam tidurnya.

“Naluri seorang ibu membuatnya demikian. Anak-anaknya kan masih tidur bersamanya setiap malam. Ia jadi masih sering menangis dan berteriak memanggil anaknya. Namun, Wenny telah memaafkan pembunuh anaknya,” kata Ratna.

Memaafkan, menurut Ratna membuat kondisi psikis Wenny menjadi lebih baik.

Wenny memang masih membutuhkan waktu untuk pulih. Direktur RS Bedah Surabaya, dr. Priyanto Suwasono mengatakan kepada IDN Times bahwa Wenny masih membutuhkan operasi untuk mengeluarkan sisa ledakan di tubuhnya. “Ada bagian yang agak sulit dikeluarkan. Masih butuh operasi dan pemantauan,” kata Priyanto.

Anak-anak Keluarga Teroris Masih Trauma

Anak-anak Keluarga Teroris Masih Trauma
Instagram.com/emirbooks
Erlinda

Di sisi lain, Erlinda, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia mengungkapkan anak-anak korban masih mengalami trauma dan sulit berkomunikasi.

Kepada Kompas TV, Erlinda mengungkapkan kondisi 7 anak dari keluarga teroris. “Tujuh anak ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Ada yang masih kecil-kecil sudah siap berjihad bahkan sudah menjadi ‘pengantin’. Ada yang trauma berat karena menyaksikan ayahnya meregang nyawa, dan ada juga yang mengungkapkan kemarahan dan ketidaksetujuan atas sikap orangtuanya berjihad,” kata Erlinda.

Erlinda mengungkapkan bahwa pemerintah telah bersepakat untuk menyelamatkan anak-anak keluarga teroris ini dengan cara merawat dan mengasuh mereka.

“Mereka harus dilindungi agar terhapus pikirannya dari paham-paham radikalisme. Tadi, ketika saya temui, ada yang sudah berpikir sangat radikal karena memang itulah yang diajarkan orangtuanya. Tetapi, ketika didekati, mereka bisa kembali ke pikiran anak-anak seusianya. Mereka bermain dan menceritakan mainan-mainannya,” kata Erlinda.

Erlinda menceritakan bahwa salah satu anak, AIS, justru sangat menolak kegiatan orangtuanya berjihad. “Anak ini justru seringkali melawan orangtuanya. Ia sebenarnya tidak mau diajak ayah dan ibunya pergi berjihad. Hanya karena kuasa Tuhan yang membuatnya menjadi satu-satunya orang yang selamat dari bom,” kata Erlinda.

Erlinda sangat berharap agar anak-anak ini pun bisa pulih dari trauma dan bisa kembali menjadi anak-anak Indonesia yang sehat dan bahagia.

The Latest