Berdasarkan laman Siloam Hospitals, sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti preeklamsia. Namun, sejumlah ahli menduga masalah pada perkembangan plasenta menjadi pemicunya.
Ibu hamil yang menderita preeklamsia cenderung memiliki pembuluh darah tidak berfungsi normal, sehingga bentuknya menyempit dan respons terhadap sinyal hormonal berbeda.
Berikut kemungkinan beberapa penyebab preeklamsia terjadi jelang melahirkan:
- Masalah dengan Plasenta: Preeklamsia sering dikaitkan dengan perkembangan abnormal dari plasenta. Pembuluh darah yang memasok darah ke plasenta mungkin tidak berkembang dengan baik atau berfungsi dengan benar, sehingga dapat menyebabkan tekanan darah tinggi serta kerusakan organ.
- Faktor Genetik: Riwayat keluarga dengan preeklamsia dapat meningkatkan risiko. Gen tertentu memainkan peran dalam kerentanan seseorang terhadap kondisi ini.
- Gangguan Sistem Imun: Reaksi imun yang tidak normal antara Mama dan janin dapat berkontribusi terhadap preeklamsia. Tubuh mama mungkin merespons kehamilan dengan cara yang menyebabkan peradangan serta masalah dengan pembuluh darah.
- Kondisi Medis yang Mendasar: Beberapa kondisi kesehatan seperti hipertensi kronis, diabetes, penyakit ginjal, dan gangguan autoimun dapat meningkatkan risiko preeklamsia.
- Faktor Risiko Lain: Usia (terutama di bawah 20 atau di atas 40), obesitas, kehamilan ganda (seperti kembar), dan riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya juga dapat meningkatkan risiko.
- Gaya Hidup dan Pola Makan: Kekurangan nutrisi tertentu, seperti kalsium, atau diet tinggi garam dan lemak juga dapat berkontribusi terhadap perkembangan preeklamsia.
Meskipun beberapa faktor ini dapat diidentifikasi, preeklamsia sering kali muncul tanpa penyebab yang jelas. Oleh karena itu, pemantauan rutin dan pemeriksaan medis yang ketat selama kehamilan sangat penting untuk mendeteksi dan mengelola kondisi ini.