This article supported by vivo as Official Journalist Smartphone Partner IDN Media - Freepik/jcomp
Jarak antara kehamilan yang terlalu dekat dapat memengaruhi kesehatan mama dan janin. Ini dapat menimbulkan komplikasi serius pada kehamilan maupun proses persalinan.
World Health Organization (WHO) dan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan bahwa jarak antar kehamilan sebaiknya dua hingga tiga tahun.
Jarak ideal kehamilan ini bertujuan untuk mempersiapkan tubuh mama untuk hamil kembali. Selain itu, Mama juga dapat memberikan ASI eksklusif pada anak yang lahir sebelumnya dan menjamin kecukupan gizinya dengan pemberian ASI hingga dua tahun.
Jarak kelahiran kurang dari dua tahun memiliki beberapa risiko, antara lain:
- Meningkatkan risiko perdarahan dan kematian saat melahirkan
- Mama tidak dapat memberikan ASI eksklusif pada bayi
- Kelahiran mati atau kecacatan
- Berat badan lahir rendah dan kelahiran prematur
Selain itu,kondisi rahim setelah melahirkan itu membengkak dan meradang. Sehingga tentu saja membutuhkan waktu agar rahim kembali normal. Bisa dibayangkan ketika rahim sedang radang dan membengkak, kemudian harus menyediakan tempat yang nyaman bagi janin.
Namun dalam keadaan terdesak atau jika sudah terlanjur hamil, kunci kesehatan mama dan janin terletak pada pemeriksaan rutin. Ini adalah cara yang efektif untuk mendeteksi adanya komplikasi pada kehamilan mama. Jadi kehamilan mama tetap bisa berjalan dengan baik meski jarak kehamilan dekat, asalkan dalam pemantauan dokter secara berkala.
Nah, itulah tiga gejala awal kehamilan saat masih menyusui. Semoga informasi ini membuat Mama lebih waspada, ya.