Setiap nakes pasti punya cerita yang tak terlupakan, begitu juga dengan dr Amira. Ia bercerita kala itu ia dan timnya sedang berkunjung ke daerah pelosok yang membutuhkan perjalanan hingga 5 jam untuk mencapainya.
Saat sedang berkunjung ke tempat itu, ia mendapat informasi dari HT bahwa ada pasien emergency di rumah sakit.
"Kehamilannya di luar kandungan, sudah pecah dan bisa membahayakan keduanya, saat itu HB-nya sudah 4," tuturnya.
Karena ini berkaitan dengan nyawa seseorang, ia pun bergegas ke rumah sakit. Padahal kondisi saat itu sedang hujan badai dan mereka harus membelah laut untuk mencapai rumah sakit.
"Di perahu kita kena badai, ombak tinggi kita harus terjang karena ada nyawa yang harus diselamatkan, perahu kemasukan air, saya tidak peduli, yang penting bagaimana kita harus sampai secepatnya. Kalaupun saya tidak selamat, saya anggap ini jalan jihad saya," tuturnya.
Beruntungnya, dr Amira berhasil sampai ke rumah sakit dan operasi berjalan lancar. Sang ibu berhasil selamat.
"Sebelum operasi, HB-nya 2,8 dan masih hidup, itulah hebatnya orang Papua. Keluarganya datang banyak sekali ber-truk-truk mengantar ibu hamil itu," lanjutnya.
Sang keluarga sangat menghargai dokter yang berjuang untuk menyelamatkan ibu hamil tersebut, dan dokter pun merasa bersyukur bisa menyelamatkan nyawa orang lain.