4 Tips Jaga Berat Badan Pasca Melahirkan
Menurut dr. Christopher Andrian, SpGK, setelah melahirkan perlu perhatikan kebutuhan nutrisi harian
26 Januari 2019

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Tahukah Mama kalau tanggal 25 Januari diperingati sebagai Hari Gizi Nasional. Untuk memperingati momentum tersebut Brawijaya Healthcare melalui Instagramnya memberikan informasi terkait Hari Gizi Nasional.
dr. Christopher Andrian, SpGK (Dokter Spesialis Gizi Klinik) memberikan penjelasan mengenai pentingnya Mama yang baru melahirkan menjaga asupan gizi.
Saat pasca melahirkan, Mama sangat penting untuk tetap memperhatikan nutrisi harian.
Dilansir dari Instagram Brawijaya Healthcare, ketahui yuk tips menjaga berat badan ideal pasca melahirkan:
1. Hindari konsumsi minuman manis
"Minuman manis memiliki kalori yang tinggi dan dapat memicu rasa lapar yang cepat," kata dr. Christopher Andrian, SpGK
Dilansir dari Time.com, dalam sebuah penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Circulation American Heart Association, para peneliti memberikan bukti kuat bahwa minuman yang mengandung pemanis dapat menyebabkan penumpukan lemak visceral yang tidak sehat dari waktu ke waktu.
Lemak visceral berbeda dari jenis lemak yang sebagian besar dari kita kenal yang menumpuk di bawah kulit. Lemak visceral muncul jauh di dalam organ, itu akan tertanam di hati, pankreas dan usus.
Tidak seperti jenis lemak lainnya, lemak cenderung lebih aktif secara metabolik, yang berarti melepaskan senyawa yang dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk secara efisien memecah gula dari makanan dan menggunakannya untuk energi, serta meningkatkan produksi kolesterol di hati.
Wah, mimpi punya tubuh ideal pasca melahirkan bisa kandas kalau Mama terus konsumsi minuman manis, termasuk diet soda pun sebaiknya dihindari ya.
Editors' Pick
2. Kurangi konsumsi makanan yang diolah dengan menggunakan tepung
Mama hobi makan gorengan?
Sebaiknya jika ingin memiliki tubuh ideal pasca melahirkan hindari mengonsumsinya. dr. Christopher mengatakan bahwa mengurangi makan makanan yang diolah dengan tepung sama dengan mengurangi konsumsi karbohidrat beserta lemak.
Dilansir dari healthline.com, makanan yang digoreng biasanya tinggi lemak trans. Lemak trans terbentuk ketika lemak tak jenuh menjalani proses yang disebut hidrogenasi.
Produsen makanan sering menghidrogenasi lemak menggunakan tekanan tinggi dan gas hidrogen untuk meningkatkan keawetan makanan dan stabilitasnya, tetapi hidrogenasi juga terjadi ketika minyak dipanaskan hingga suhu yang sangat tinggi selama pemasakan.
Proses ini mengubah struktur kimiawi dari lemak, ini dapat membuat sulit bagi tubuh memecah lemak, yang pada akhirnya dapat menyebabkan efek kesehatan yang negatif.
Faktanya, lemak trans dikaitkan dengan peningkatan risiko banyak penyakit, termasuk penyakit jantung, kanker, diabetes, dan obesitas.
Karena makanan yang digoreng dimasak dalam minyak pada suhu yang sangat tinggi, makanan bisa mengandung lemak trans.
Satu penelitian di AS pada minyak kedelai dan canola menemukan bahwa 0,6-4,2% dari kandungan asam lemaknya adalah lemak trans.
Ketika minyak ini dipanaskan hingga suhu tinggi, seperti saat menggoreng, kandungan lemak transnya dapat meningkat.
Faktanya, satu penelitian menemukan setiap kali minyak digunakan kembali untuk menggoreng, kandungan lemak transnya meningkat.
Namun, penting untuk membedakan antara lemak trans buatan dan lemak trans yang terjadi secara alami dalam makanan seperti daging dan produk susu.
Ini belum terbukti memiliki efek negatif yang sama pada kesehatan seperti yang ditemukan pada makanan goreng dan olahan.
Jadi, masih yakin mau hobi makan gorengan? Think again!