Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Perbedaan Induksi Alami dan Medis, Kapan Perlu Pertimbangan?
Freepik/prostooleh

Intinya sih...

  • Induksi alami dilakukan tanpa obat-obatan atau tindakan medis, umumnya saat kehamilan sudah cukup bulan.

  • Induksi medis melibatkan bantuan obat atau tindakan medis oleh tenaga kesehatan di rumah sakit, biasanya saat ada indikasi medis.

  • Kapan induksi perlu dipertimbangkan tergantung pada kondisi ibu dan janin, serta pertimbangan dokter sebelum memilih metode induksi.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menjelang hari perkiraan lahir (HPL), sebagian Mama mungkin mempertimbangkan cara untuk mempercepat proses persalinan. Dalam dunia medis, hal ini bisa dilakukan melalui induksi, yaitu proses merangsang tubuh agar persalinan segera dimulai. 

Induksi dapat dilakukan dengan metode alami maupun medis, tergantung pada kondisi kehamilan dan anjuran dokter. Masing-masing metode memiliki kelebihan, risiko, serta pertimbangan tersendiri. Untuk itu, penting untuk Mama memahami perbedaan antara induksi alami dan induksi medis sebelum mengambil keputusan. 

Berikut ini Popmama.com rangkumkan penjelasan lengkap tentang perbedaan induksi alami dan medis, serta kapan sebaiknya tindakan ini dipertimbangkan. Disimak baik-baik, ya, Ma!

1. Induksi alami

Freepik

Induksi alami adalah usaha mempercepat datangnya kontraksi atau mematangkan serviks secara alami, tanpa bantuan obat-obatan atau tindakan medis. Cara ini umumnya dilakukan saat kehamilan sudah cukup bulan, biasanya mulai usia 39 minggu ke atas.

Banyak Mama yang mencoba metode ini sebagai bentuk usaha agar bisa melahirkan secara cepat dan meminimalisir intervensi medis.

Beberapa bentuk induksi alami yang umum dilakukan antara lain berjalan kaki, berhubungan intim, stimulasi puting, mengonsumsi kurma, hingga mencoba akupunktur atau akupresur.

Meski disebut “alami”, metode ini tidak selalu efektif dan keamanannya tergantung kondisi kehamilan masing-masing. Karena itu, sangat penting untuk berkonsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau bidan sebelum mencoba.

Tidak semua metode cocok untuk semua Mama yang ingin segera melahirkan, beberapa bisa menimbulkan kontraksi terlalu kuat atau bahkan membahayakan jika dilakukan tanpa pengawasan medis. Hal yang perlu diingat dan penting yaitu pastikan tubuh dan bayi memang sudah siap untuk persalinan.

2. Induksi medis

Freepik/jcomp

Berbeda dari cara alami, induksi medis adalah proses memicu persalinan dengan bantuan obat atau tindakan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit. Prosedur ini biasanya dilakukan saat ada indikasi medis, seperti kehamilan lewat waktu, ketuban pecah tanpa kontraksi, atau kondisi ibu dan janin yang berisiko.

Metodenya bisa berupa pemberian prostaglandin untuk melunakkan dan membuka serviks, oksitosin untuk merangsang kontraksi, pemecahan ketuban, atau penggunaan balon pematangan serviks untuk membuka leher rahim secara mekanis. Selama induksi, kondisi Mama dan bayi akan terus dipantau.

Meski terkesan cepat, prosesnya bisa memakan waktu berjam-jam hingga lebih dari sehari tergantung kesiapan tubuh.

Sebelum dilakukan, dokter akan menilai kesiapan serviks menggunakan Bishop Score, yaitu sistem penilaian yang mengukur pembukaan, penipisan, kekakuan, dan posisi serviks, serta posisi kepala bayi. Induksi medis hanya dilakukan bila benar-benar diperlukan dan di bawah pengawasan dokter.

3. Kapan induksi perlu dipertimbangkan?

Freepik/pch.vector

Setiap Mama pasti ingin melahirkan dalam kondisi terbaik, baik untuk dirinya sendiri maupun untuk bayinya. Namun, kadang tubuh tidak langsung memberi sinyal siap melahirkan meski usia kehamilan sudah matang. Di sinilah pentingnya mengetahui kapan induksi, baik alami maupun medis yang perlu dilakukan.

Berikut pertimbangan yang perlu diketahui sebelum memilih salah satu metode induksi:

Induksi Alami

  • Kehamilan sudah cukup bulan (minimal 39 minggu) dan kondisi ibu serta janin stabil

  • Tidak ada riwayat komplikasi berat, posisi bayi normal (kepala di bawah), dan serviks sudah mulai melunak

  • Ingin mencoba mempercepat persalinan secara lembut tanpa obat-obatan

  • Ibu memiliki waktu dan kesiapan mental untuk menunggu hasil yang mungkin tidak instan

  • Sudah mendapat izin dari dokter atau bidan untuk mencoba metode alami

Induksi Medis

  • Kehamilan sudah melewati 41–42 minggu dan belum ada tanda-tanda persalinan

  • Air ketuban sudah pecah tapi kontraksi belum muncul (PROM)

  • Ibu mengalami kondisi medis seperti hipertensi, diabetes gestasional, atau preeklamsia

  • Pertumbuhan janin melambat, air ketuban sedikit , atau ada infeksi dalam rahim

  • Serviks belum cukup matang dan tubuh tidak merespons induksi alami

  • Dokter menilai bahwa menunggu terlalu lama bisa berisiko untuk ibu atau bayi

Itulah penjelasan lengkap tentang perbedaan induksi alami dan medis, serta kapan sebaiknya tindakan ini dipertimbangkan. Baik induksi alami maupun medis, tentunya punya manfaat dan risikonya masing-masing. Metode alami bisa menjadi pilihan pertama jika tubuh sudah siap dan tidak ada kondisi darurat.

Sementara induksi medis adalah pilihan yang lebih terarah dan cepat, tapi hanya dilakukan atas indikasi medis dan pengawasan dokter.

Apapun pilihannya, yang penting Mama tetap merasa tenang, siap, dan nyaman menjalani proses persalinan dengan lancar, ya, Ma!

Editorial Team