Alih-alih mengungkapkan rasa frustrasi, suami cenderung meresponnya dalam beberapa bentuk tindakan atau hanya memendam gejala yang dialami. Jika dibiarkan, ini dapat menyebabkan beberapa hal yang tidak diinginkan, salah satunya adalah perpisahan.
Langkah pertama adalah menyadari bahwa penyakit mental tidak mendiskriminasi. Siapapun bisa terkena depresi, termasuk para papa.
Komunikasi menjadi hal yang penting. Selain itu, saling terbuka dan mendukung antar pasangan membuat kesulitan dan kecemasan yang terjadi akan dirasa lebih ringan. Jangan ragu untuk mencari bantuan jika Mama atau Papa kewalahan dalam mengurus si Kecil. Ingat, Mama dan Papa juga perlu istirahat. Kurang tidur atau kelelahan menjadi salah satu pemicu depresi ini.
Jika depresi menjadi semakin berat, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Penderita depresi postpartum perlu mendapatkan pengobatan, namun durasi pengobatan pada tiap penderita bisa berbeda-beda. Secara umum, pengobatan dapat dilakukan dengan psikoterapi dan obat-obatan, serta dukungan dari keluarga.
Psikoterapi dilakukan agar penderita dapat membicarakan hal yang dirasakan atau dipikirkannya, sekaligus untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi.
Terkadang, psikoterapi dilakukan juga dengan melibatkan pasangan atau anggota keluarga lain untuk membantu menyelesaikan masalah yang dialami penderita.
Itulah informasi mengenai depresi postpartum pada suami. Jika Mama atau Papa mengalaminya, jangan ragu untuk mengutarakan atau mencari bantuan. Kesehatan mental perlu diutamakan, Ma!
Semoga informasi ini bermanfaat.