Waspadai Postpartum Rage, Sulit Menahan Amarah setelah Melahirkan

Ini adalah kondisi yang wajar dan bisa disembuhkan kok, Ma

31 Mei 2020

Waspadai Postpartum Rage, Sulit Menahan Amarah setelah Melahirkan
Freepik

Setelah lahirnya sang Bayi mungil, Mama menghadapi babak baru dalam hidup mama. Hari-hari dipenuhi dengan kebahagiaan, sekaligus banyak tantangan yang mungkin tak terbayangkan sebelumnya. Mulai dari pekerjaan harian hingga berjibaku dengan hormon yang masih fluktuatif.

Sebagian dari Mama mungkin bisa mengatasinya. Namun, banyak pula ibu baru yang mengalami depresi pascakelahiran atau postpartum depression. Postpartum depression muncul lewat berbagai gejala, mulai dari kecemasan, mudah sedih, hingga gelisah. Tetapi, gejala yang seringkali tak disangka-sangka adalah kemarahan atau postpartum rage.

Berikut Popmama.com merangkum informasi tentang postpartum rage, dilansir dari verywellfamily.com:

Apa itu Postpartum Rage?

Apa itu Postpartum Rage
psycom.net

Postpartum rage adalah salah satu gejala yang menyertai postpartum depression. Sebelumnya, perlu diketahui terlebih dahulu tentang postpartum depression.

  • Postpartum depression (PPD) merupakan gangguan kesehatan mental serius yang dialami oleh satu dari tujuh wanita setelah melahirkan.
  • PPD berbeda dengan baby blues yang banyak dialami para ibu pada dua minggu pertama setelah melahirkan.
  • PPD memiliki gejala yang parah dan didiagnosis ketika gejalanya telah berlangsung lebih dari dua minggu.
  • Gejala PPD termasuk sulit konsentrasi, kurang tertarik pada aktivitas yang biasa dinikmati, merasa tidak menyayangi bayi sendiri, sulit tidur, kecemasan, serta perubahan suasana hati yang signifikan.

Salah satu gejalanya adalah kemarahan luar biasa yang meletup-letup, dan seringkali Mama tak menyadari asal-muasal kemarahan itu. 

Editors' Pick

Gejala Postpartum Rage

Gejala Postpartum Rage
Freepik/drobotdean

Penderita PPD mengalami kemarahan dalam tingkat yang berbeda-beda. Ada yang merasakan kemarahan ini sebagai hal paling dominan dalam PPD yang diderita. Tetapi ada pula yang merasakannya sedikit atau tidak sama sekali.

Banyak ibu yang merasakan serangan postpartum rage secara tiba-tiba, seperti di tengah malam ketika bayi yang ditidurkan tiba-tiba terbangun dan Mama merasa putus asa menidurkannya kembali. Ada pula yang merasakan kemarahan yang amat besar di luar hal terkait bayi dan dunia ibu, misalnya saat terjebak di kemacetan. 

Kemarahan yang dirasakan seperti bergejolak di dada, terkadang Mama merasa juga bergetar menahan amarah, kemudian meledak begitu saja. Mama mungkin merasakan kemarahan di luar kendali, secara fisik dan mental, berteriak, bahkan merasakan dorongan untuk menyakiti bayi mama, pasangan, bahkan diri sendiri.

Penyebab Postpartum Rage

Penyebab Postpartum Rage
freepik.com/freepik

Peneliti dari University of British Columbia mengatakan, mereka tidak yakin apakah depresi adalah penyebab ledakan kemarahan tersebut, atau sebaliknya. Belum ditemukan korelasi yang jelas antara keduanya. 

  • Beberapa teori berspekulasi kemarahan itu disebabkan karena keadaan mereka yang berubah, atau ketika beberapa hal justru tidak bisa diubahnya. Ini adalah beberapa hal umum yang kerap memicu kemarahan:
  • Banyak ibu mendeskripsikan perasaannya sebagai 'tidak berdaya'. Mereka merasakannya sebagai bagian dari kemarahan.
  • Mereka mengalami ketidaksesuaian antara realitas dengan apa yang mereka harapkan dari peran sebagai seorang ibu baru.
  • Merasa tidak didengar atau tidak didukung oleh lingkungan terdekatnya.
  • Mendapat penilaian dari orang lain tentang pilihan cara mengasuh mereka (ASI vs susu formula, misalnya).
  • Merasa dikecewakan oleh teman, anggota keluarga, tetangga, bahkan dokter atau bidan.

Tak Perlu Malu Meminta Bantuan Profesional

Tak Perlu Malu Meminta Bantuan Profesional
Freepik

Salah satu hal yang cukup sulit dan menambah beban para ibu baru ini adalah mereka malu mengungkapkan apa yang dirasakannya karena takut dihakimi. Padahal, hal ini penting. Masyarakat masih menganggap tabu bagi wanita untuk mengekspresikan kemarahannya, apalagi berhubungan dengan sang Bayi yang baru dilahirkan. Mereka juga takut dianggap sebagai ibu yang buruk dan jahat.

Perlu diketahui bahwa ini bukanlah hal yang memalukan atau pun menakutkan. Bukan keinginan mama merasakan kemarahan yang muncul di momen yang seharusnya dinikmati dengan sukacita ini. 

Penting dipahami dan disadari bahwa di balik kemarahan ini mungkin adalah sinyal bahwa Mama sedang kewalahan dan tidak mendapatkan dukungan yang baik saat menjalani peran sebagai ibu baru. Tidak apa-apa jika Mama merasa kesal karena hal-hal itu mengganggu pikiran mama.

Rasakan dan sadarilah gejala-gejalanya, apalagi jika sudah mengganggu keseharian mama dalam beraktivitas dan berelasi dengan orang lain. Ceritakan perasaan mama ke pasangan atau orang terdekat. Mungkin hal itu bisa membantu meringankan perasaan mama. 

Setelah itu, jangan ragu meminta bantuan profesional ya, Ma. Jika benar Mama mengalami postpartum rage dan postpartum depression, psikolog mungkin akan melakukan beberapa psikoterapi dan konseling, sementara psikiater akan membantu lewat obat-obatan seperti antidepresan.

Semakin cepat Mama menyadari ada yang tidak beres dengan kondisi mental mama, akan semakin baik, karena terapi yang dilakukan akan semakin cepat memperbaiki sumber masalah. 

Merasakan kemarahan ataupun depresi pascakelahiran tidak membuat mama menjadi seorang ibu yang buruk kok, Ma. Ini menunjukkan bahwa Mama adalah manusia biasa, yang memiliki perasaan dan itu valid. Percayalah ini pasti bisa dilalui dan kehidupan akan kembali membaik seperti sediakala. 

Tetap semangat ya, Ma!

Baca Juga:

The Latest