Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Freepik/stefamerpik
Freepik/stefamerpik

Perubahan hormon yang terjadi saat hamil bisa memengaruhi suasana hati ibu hamil. Selain itu, Mama mungkin mengalami banyak perubahan yang membuat tidak nyaman. Maka tidak heran jika sebagian ibu hamil menjadi lebih sensitif atau mungkin lebih sering menangis.

Apakah menangis bisa memengaruhi janin dan pertumbuhan bayi kelak? Ibu hamil sering menangis, benarkah bayinya jadi lebih sensitif? Pada ulasan berikut ini, Popmama.com sudah merangkum jawaban dari dokter, ya, Ma.

Ibu Hamil Sering Menangis, Benarkah Bayinya Jadi Lebih Sensitif?

Pexels/RDNE Stock Project

Janin memang bisa sepenuhnya bisa merasakan perasaan ibunya. Tapi, menurut dr. Keven Pratama Manas Tali, Sp.OG di laman Instagram pribadinya @keventali, saat ibu hamil menangis, ia mengeluarkan hormon stres.

Hormon stres yang dikeluarkan karena sedih, stres, atau depresi dapat memengaruhi perkembangan otak janin dan reaksi mereka terhadap stimulasi setelah lahir nanti.

dr. Keven juga menambahkan bila stres berlebihan atau emosi yang tidak terkontrol juga dapat memengaruhi pola perilaku bayi di kemudian hari, termasuk jadi lebih sensitif. Oleh karena itu, mengelola emosi yang baik selama kehamilan sangat penting untuk kesehatan ibu hamil dan janin.

Apa Itu Depresi Prenatal?

Freepik/BalashMirzabey

Depresi prenatal adalah depresi yang terjadi selama kehamilan. Depresi menyebabkan kesedihan yang terus-menerus atau ekstrem. Depresi juga dapat menyebabkan kecemasan, kelelahan, dan kesulitan tidur. Jika mengalami gangguan suasana hati ini, ibu hamil mungkin menarik diri dari keluarga dan teman-teman. Ibu hamil juga mungkin tidak tertarik pada aktivitas yang pernah dinikmati.

Depresi prenatal dapat memengaruhi ibu hamil kapan saja selama kehamilan. Depresi pascapersalinan (PPD) adalah depresi yang berkembang setelah sang Mama melahirkan bayi. Penting untuk dicatat bahwa depresi prenatal dan pascapersalinan berbeda dengan baby blues.

Baby blues biasanya hilang dalam waktu 2 hingga 3 minggu. Sementara itu, depresi prenatal dan pascapersalinan tidak hilang tanpa pengobatan.

Gejala depresi terkadang membaik dengan perubahan gaya hidup. Namun jika tidak membaik, penyedia layanan kesehatan akan menangani kondisi ini dengan terapi dan pengobatan. Jika Mama mengalami depresi prenatal, Mama tidak sendirian. Depresi adalah kondisi medis yang umum, dan pengobatan dapat membantu.

Siapa yang Berisiko Mengalami Depresi Prenatal?

Freepik/freepik

Siapa saja dapat mengalami depresi prenatal. Mama lebih mungkin mengalami kondisi ini jika Mama atau anggota keluarga memiliki riwayat:

  • Gangguan kecemasan.
  • Gangguan panik.
  • Penyakit mental, termasuk gangguan obsesif-kompulsif (OCD).
  • Gangguan suasana hati seperti depresi dan depresi pascapersalinan.
  • Depresi prenatal lebih umum terjadi pada orang-orang yang:
  • Mengandung janin dengan masalah kesehatan atau kebutuhan khusus.
  • Berurusan dengan peristiwa kehidupan yang penuh tekanan. Ini dapat mencakup perceraian, masalah kesehatan, masalah keuangan, atau masalah di tempat kerja. Sedang mengandung anak kembar atau kembar tiga.
  • Tidak berencana untuk hamil.
  • Tidak memiliki pasangan atau jaringan teman dan keluarga yang mendukung selama kehamilan.
  • Sulit untuk hamil karena infertilitas.

Apa Saja Penyebab Depresi Prenatal?

Pexels/cottonbro studio

Banyak faktor yang memengaruhi seseorang yang mengalami depresi selama kehamilan. Salah satu faktor utamanya adalah riwayat (atau riwayat keluarga) gangguan suasana hati. Selama kehamilan, kadar hormon berubah, yang dapat memengaruhi suasana hati. Depresi dapat terjadi akibat ketidakseimbangan kadar zat kimia di otak.

Banyak orang juga merasa sedih atau cemas tentang perubahan yang terjadi pada tubuh mereka. Mereka mungkin mengalami ketidaknyamanan selama kehamilan. Mereka mungkin memiliki masalah keuangan dan khawatir tentang mengambil tanggung jawab baru. Bagi mereka yang berisiko lebih tinggi mengalami depresi, perubahan ini dapat sangat membebani.

Gejala Depresi Prenatal

Freepik/Kitzcorner

Setiap orang terkadang merasa sedih, cemas, atau khawatir. Merasa seperti ini terkadang adalah hal yang wajar, terutama selama kehamilan. Namun, gejala depresi tidak hilang setelah beberapa hari. Gejala ini dapat berlangsung selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan, dan dapat memburuk seiring waktu. Gejala depresi selama kehamilan meliputi:

  • Kecemasan, kekhawatiran berlebihan, dan pikiran tidak rasional.
  • Perubahan nafsu makan dan penurunan atau penambahan berat badan yang tidak dapat dijelaskan (bukan karena kehamilan).
  • Berkurangnya minat pada aktivitas yang pernah Mama nikmati. Atau menarik diri dari teman, keluarga, dan interaksi sosial.
  • Kelelahan, tidur lebih lama dari biasanya, atau kesulitan tidur atau tetap tertidur (insomnia).
  • Perasaan sedih, putus asa, mati rasa, "hampa", atau bersalah.
  • Mudah tersinggung, menangis berlebihan, atau perubahan suasana hati lainnya.
  • Kehilangan minat pada seks dan kesulitan berhubungan dengan pasangan.
  • Gejala fisik yang tidak disebabkan oleh kondisi kesehatan atau penyebab lainnya. Gejala ini dapat meliputi sakit kepala, nyeri otot, dan masalah gastrointestinal (GI).
  • Masalah berkonsentrasi, mengingat sesuatu, bernalar, atau membuat keputusan.

Dalam kasus yang parah, orang dengan gangguan ini memiliki pikiran untuk menyakiti diri sendiri atau janin yang sedang berkembang.

Cara Mengatasi Depresi Prenatal

Freepik/our-team

Ada beberapa hal yang dapat Mama lakukan untuk meningkatkan suasana hati dan pandangan. Ini termasuk:

  • Menemukan jaringan pendukung: Berhubungan dengan calon orangtua lainnya memungkinkan Mama untuk berbagi kekhawatiran. Mama akan belajar dari orang-orang yang tahu apa yang Mama alami. Hubungi rumah sakit setempat dan tanyakan apakah mereka dapat merekomendasikan kelompok pendukung atau sumber daya lainnya.

  • Menjadikan kesehatan sebagai prioritas: Lakukan banyak olahraga selama kehamilan. Fokus pada nutrisi yang baik, konsumsi vitamin prenatal, dan usahakan untuk cukup tidur. Berhenti merokok dan hindari alkohol, karena ini berbahaya bagi kehamilan dan janin yang sedang berkembang. Minum alkohol saat hamil dapat menyebabkan sindrom alkohol janin. Kesehatan fisik yang lebih baik sering kali berjalan seiring dengan peningkatan kesehatan mental.

  • Mempersiapkan bayi: Tetaplah mengikuti janji temu untuk perawatan prenatal. Pelajari tentang pertumbuhan dan tonggak perkembangan janin dan luangkan waktu untuk mempersiapkan kedatangan bayi. Mama akan merasa lebih baik mengetahui bahwa Mama siap untuk melahirkan dan merawat si Kecil.

  • Tetap aktif: Luangkan waktu bersama teman-teman atau pergi keluar bersama suami. Berinteraksi dengan orang lain dan keluar rumah dapat berdampak besar pada suasana hati.

  • Cobalah meditasi: Jika Mama merasa sangat stres atau cemas, cobalah yoga, meditasi, dan latihan pernapasan. Ada hubungan antara manajemen stres dan kesehatan emosional. Mempelajari beberapa teknik relaksasi dapat membantu Mama merasa lebih baik.

Jika tidak diobati, depresi dapat berbahaya bagi janin yang sedang berkembang. Depresi prenatal dapat membuat Mama sulit merawat diri sendiri saat hamil. Ibu hamil pun cenderung membuat pilihan yang tidak sehat, seperti minum alkohol, merokok, atau menghindari olahraga. Semua pilihan ini memengaruhi kesehatan janin.

Dalam kasus yang parah, orang dengan depresi prenatal dapat membahayakan diri mereka sendiri atau janin yang sedang berkembang.

Perubahan suasana hati merupakan hal yang umum dialami oleh ibu hamil. Namun jangan dibiarkan berlarut-larut, ya, Ma.

Topics

Editorial Team