Masalah angka kelahiran yang rendah mengharuskan kita untuk menangani situasi ini dengan lebih serius dan memikirkan penyebab dan solusi dari dimensi yang berbeda dari sebelumnya, menurut Presiden Yoon pada bulan Desember 2023.
Menurut Yoon, waktu semakin sempit. Ia berharap setiap instansi pemerintah menyikapi permasalahan rendahnya angka kelahiran dengan tekad yang luar biasa.
Kelangkaan bayi mempercepat kesengsaraan demografi Korea Selatan.
Negara berpenduduk 51 juta jiwa ini mengalami penurunan populasi selama empat tahun berturut-turut pada tahun 2023. Sementara itu, proporsi penduduk muda terhadap penduduk tua telah menyusut dengan cepat dalam beberapa dekade terakhir.
Pada tahun 1990, dewasa muda berusia 19 hingga 34 tahun mencakup hampir sepertiga populasi. Pada tahun 2020, demografi ini menyusut menjadi 10,21 juta, atau hanya seperlima. Biro statistik negara tersebut memperkirakan angka ini akan turun menjadi 5,21 juta pada tahun 2050.
Sebaliknya, penduduk Korea Selatan yang berusia 65 tahun ke atas berjumlah 17,5 persen dari populasi pada tahun 2022. Tren ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk lanjut usia akan melebihi jumlah penduduk dewasa muda pada akhir dekade ini.
Penurunan populasi usia kerja muda juga menimbulkan kekhawatiran mengenai daya saing jangka panjang negara dengan perekonomian terbesar keempat di Asia.
Namun, negara-negara tetangga Korea Selatan di Asia Timur juga tidak ketinggalan dalam hal tingkat kesuburan yang datar, dengan Tiongkok, Jepang, dan Taiwan yang juga bergulat dengan krisis populasi yang akan terjadi.
Nah, itu informasi tentang perusahaan di Korea Selatan menawarkan karyawannya bonus sebesar Rp 1 M untuk pegawainya yang punya bayi.