Perdarahan Subkorionik saat Hamil: Risiko dan Penanganannya
Biasanya tidak berbahaya, namun dalam beberapa kasus dapat menyebabkan keguguran
20 Januari 2022
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Selama kehamilan, Mama selalu menjaga kesehatan diri sendiri dan janin. Ini termasuk memperhatikan segala gejala komplikasi yang mungkin terjadi.
Perdarahan saat hamil dialami oleh 2 dari 10 wanita hamil. Penyebab perdarahan pada trimester pertama atau 12 minggu pertama kehamilan.
Beberapa kondisi yang bisa memicu terjadinya hal tersebut yaitu keguguran, pendarahan implantasi, kehamilan ektopik, dan kehamilan mola (hamil anggur).
Jika perdarahan vagina terjadi selama trimester pertama kehamilan, bisa jadi Mama mengalami perdarahan subkorionik.
Kondisi ini akan hilang dengan sendirinya. Apakah ini berisiko bagi Mama dan janin? Simak penjelasan tentang perdarahan subkorionik saat hamil, penyebab, risiko, dan penanganannya pada ulasan Popmama.com berikut ini, Ma.
Mengenal Apa Itu Perdarahan Subkorionik saat Hamil
Perdarahan subkorionik adalah akumulasi darah antara lapisan rahim dan korion atau di bawah plasenta itu sendiri.
Ini dapat menyebabkan bercak atau pendarahan ringan hingga berat. Sebagian besar perdarahan subkorionik sembuh dengan sendirinya.
Mama tetap dapat memiliki kehamilan yang sehat setelah mengalami perdarahan ini. Meski normal, ini tetap harus dipantau ya, Ma.
Sekitar satu persen dari semua ibu hamil mengalami perdarahan subkorionik. Ini juga lebih umum di pada ibu yang hamil melalui IVF.
Perdarahan subkorionik merupakan penyebab umum perdarahan trimester pertama dan sering terjadi pada kehamilan tanpa komplikasi.
Editors' Pick
Gejala Perdarahan Subkorionik
Perdarahan subkorionik mungkin sulit dikenali karena tidak selalu menimbulkan gejala yang nyata.
Bercak atau berdarah mungkin merupakan tanda, seringkali dimulai pada trimester pertama.
Tetapi banyak perdarahan subkorionik yang terdeteksi selama USG rutin, tanpa ada gejala yang terlihat.
Apakah Risiko dari Perdarahan Subkorionik?
Sebagian besar perdarahan subkorionik larut dengan sendirinya. Namun dalam kasus yang jarang terjadi, perdarahan subkorionik dapat menyebabkan plasenta terlepas dari dinding rahim. Ini dapat meningkatkan risiko keguguran dan persalinan prematur.
Itulah mengapa sangat penting untuk memberi tahu dokter segera jika Mama mengalami perdarahan vagina selama kehamilan.
Apakah Mama Harus Khawatir?
Adalah normal untuk khawatir ketika Mama mengetahui perdarahan vagina atau bercak terjadi selama kehamilan.
Tetapi ketahuilah bahwa perdarahan subkorionik biasanya berakhir dengan kehamilan yang sehat.
Mama akan selalu dipantau melalui USG. Jadi, jangan lewatkan jadwal pemeriksaan kehamilan. Jangan ragu untuk memberi tahu dokter tentang perdarahan atau bercak yang dialami.
Penanganan Perdarahan Subkorionik
Jika Mama melihat perdarahan vagina selama kehamilan, hubungi dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan USG.
Tergantung pada seberapa besar perdarahan subkorionik dan di mana letaknya, serta pada preferensi dokter, bedrest mungkin diperlukan. Mama juga mungkin akan diminta untuk menghindari hubungan seks sampai perdarahan larut dan menghilang.
Intinya adalah bahwa sebagian besar waktu, kondisi ini tidak berbahaya dengan perawatan dan penanganan medis yang tepat.
Jadi cobalah untuk tidak khawatir dan pastikan untuk memberi tahu dokter tentang pendarahan yang Mama alami.
Nah, itu penjelasan tentang perdarahan subkorionik saat hamil, risikonya, dan penanganannya. Apakah Mama pernah mengalaminya?
Baca juga:
- Normalkah Bercak atau Perdarahan saat Menggunakan Pil KB?
- Waspada Janin Tak Berkembang, Ini Ciri-Ciri Keguguran tanpa Perdarahan
- Ada Perdarahan Abnormal, Cek Kondisi Rahim dengan Histeroskopi