Perlu Tahu, Inilah 5 Penyebab Keguguran Berulang
Tak perlu khawatir karena Mama tetap bisa melahirkan bayi yang sehat
12 Juni 2021

Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Keguguran adalah hal yang sangat menyedihkan dan tak terlupakan. Bagaimana dengan yang mengalami keguguran berulang?
Kategori keguguran berulang adalah saat seseorang mengalaminya lebih dari dua kali. Meski menyakitkan, namun hal ini tidak serta merta menutup kemungkinan seseorang bisa melahirkan bayi yang sehat dan selamat.
Menurut penelitian dari Pusat Pengobatan Kesuburan dan Reproduksi Washington University School of Medicine, lebih dari separuh jumlah perempuan yang mengalami keguguran berulang bisa memiliki anak yang selamat dan sehat.
Namun untuk Mama yang penasaran kira-kira apa yang jadi penyebab keguguran berulang, Popmama.com akan menjabarkannya untuk kamu.
1. Kelainan kromosom
Setiap orang memiliki jumlah kromosom yang seimbang. Jika tidak, maka akan terjadi kelainan kromosom yang berpengaruh pada fisik dan perkembangan bayi.
Di beberapa kehamilan, kelainan kromosom bisa menyebabkan keguguran.
Menurut UCLA Health, mereka yang sudah mengalami keguguran berulang disarankan untuk mengikuti pemeriksaan analisis kariotipe. Hal ini berguna untuk memeriksakan masalah genetik atau kromosom.
Jika sudah ditemukan masalahnya, maka bisa dilakukan prosedur kehamilan yang lebih aman sehingga janin bisa selamat dan lahir tanpa cacat.
Editors' Pick
2. Adanya kelainan pada rahim
Selanjutnya adalah kelainan rahim. Kelainan pada rahim ini bisa terjadi karena bawaan sejak lahir seperti rahim ganda, rahim yang terpisah, atau masalah rahim lainnya.
Tak hanya itu, kelainan rahim bisa juga disebabkan karena polip dan miom yang memicu adanya jaringan parut. Bahkan, di beberapa kasus, miom bisa membuat janin gagal tumbuh karena harus berbagi tempat dan nutrisi dari Mama.
Menurut penelitian, setidaknya 15 persen dari kasus keguguran berulang disebabkan oleh adanya kelainan rahim. Untuk mengevaluasi masalah kesehatan ini, dokter biasanya merekomendasikan pemeriksaan USG, sinar-X, atau MRI rahim.