Menggunakan IUD saat hamil dapat menyebabkan perempuan dan janin yang ada di kandungannya mengalami berbagai risiko kesehatan, berikut adalah risiko yang dapat terjadi:
Chorioamnionitis atau infeksi cairan ketuban
Infeksi cairan ketuban ditandai dengan plasenta yang terpisah dari dinding rahim. Perempun yang hamil saat pakai IUD memiliki risiko untuk mengalami infeksi chorioamnionitis.
Infeksi ini dapat menyerang cairan ketuban yang berfungsi untuk melindungi bayi di dalam rahim. Chorioamnionitis dapat mengancam jiwa perempuan serta janinnya dalam kandungan.
Kelahiran prematur
Perempuan yang menggunakan IUD saat hamil berisiko lima kali lebih besar untuk melahirkan bayi yang prematur. Saat perempuan yang dinyatakan hamil masih menggunakan IUD dan segera melakukan pelepasan, kemungkinan kelahiran prematur akan berkurang. Namun, kemungkinan melahirkan secara prematur akan tetap ada.
Keguguran
Untuk mencegah terjadinya keguguran, perempuan dapat segera mengambil tindakan untuk melepas IUD. Namun, berbeda dengan risiko yang lainnya, proses pelepasan IUD juga berisiko mengalami keguguran.
Namun, jika IUD tidak dilepas, risiko keguguran akan semakin besar. Sehingga risiko ini tidak dapat dihindari sama sekali.
Kehamilan ektopik
Menggunakan IUD saat hamil dapat menyebabkan kehamilan ektopik. Bahkan, sekitar 0,1 persen pengguna IUD mengalami kehamilan ektopik. Kondisi ini di mana sel telur dibuahi di luar rahim, misalnya di tuba falopi. Kehamilan ektopik juga dikenal dengan hamil di luar kandungan, yang dapat menyebabkan risiko kesehatan.
Kasus hamil ektopik seringkali berakhir dengan keguguran. Sehingga, hamil dengan IUD harus terus dipantau oleh dokter agar mencegah kerusakan permanen pada sistem reproduksi pada perempuan.
Abruptio plasenta
Abruptio plasenta merupakan kondisi dimana plasenta terlepas dari rahim sebelum proses persalinan.