Sindrom Impostor adalah salah satu kondisi psikologi yang dialami seseorang yang merasa dirinya tidak pantas meraih kesuksesan atau prestasi yang sedang dialaminya. Kondisi ini bisa terjadi pada orang dengan kemampuan di level tertentu. Ia memiliki penafsiran sendiri atas kondisi biologisnya.
Menurut American Psychological Assosiation (APA), fenomena sindrom impostor ini yang juga disebut sebagai sindrom menipu pertama kali dijelaskan pada tahun 1970. Beberapa psikolog mendefinisikannya sebagai kondisi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki kemampuan atau prestasi yang tinggi.
Sehingga, tidak dapat menginternalisasi dan menerima kesuksesan mereka, menghubungkan prestasi mereka dengan keberuntungan daripada kemampuan, dan takut bahwa orang lain pada akhirnya akan melihat kemampuan tersebut justru menjadi sebuah penipuan.
Sindrom impostor bukan merupakan diagnosis psikologis resmi, tetapi psikolog dan pakar lainnya mengenalinya sebagai suatu bentuk keraguan diri seseorang terhadap intelektualnya yang nyata dan spesifik. Perasaan ini juga disertai oleh kecemasan dan seringkali depresi
Suatu penelitian terhadap psikologis yang dilakukan pada awal 1980an, memperkirakan bahwa 70 persen dari semua orang merasa seperti palsu pada suatu waktu atau yang lain.
Sementara bagi sebagian perempuan, kehamilan dianggap sebuah pencapaian penting dalam milestone kehidupan. Kehamilan bisa dibilang prestasi hidup sekaligus berkah dari Yang Maha Kuasa. Namun bagi perempuan dengan sindrom impostor mungkin bisa mengartikan lain atas kondisi tersebut.