Keluarnya darah setelah berhubungan memang dapat menunjukkan tanda kehamilan. Akan tetapi, ada juga kemungkinan yang menuntun kepada penyebab lainnya.
Ada apa sajakah itu? Yuk, simak rangkumannya di bagian berikut!
1. Adanya Sejumlah Infeksi
Inflamasi atau peradangan sangat mungkin menyebabkan perdarahan di area organ intim. Beberapa di antaranya:
- Pada kasus tertentu, penyakit radang panggul bisa saja tidak menunjukkan gejala. Meskipun begitu, boleh jadi Mama mengalami sakit punggung bagian bawah dan atas, demam, sakit saat berhubungan, hingga perdarahan;
- Infeksi Menular Seksual (IMS) merujuk kepada berbagai macam penyakit kelamin yang diakibatkan oleh seks berisiko. Gejala umum yang bisa dialami meliputi rasa gatal, sakit, terbakar, dan perdarahan;
- Bagi mereka yang mengalami radang serviks, sangat mungkin untuk menemui gejala berupa perdarahan, rasa sakit di sekitar vagina dan sewaktu melakukan hubungan intim, sampai dengan keluarnya cairan putih atau abu-abu yang berbau;
- Radang vagina atau dikenal sebagai vaginitis juga bisa memicu keluarnya darah. Selain itu, radang pada vagina juga menyebabkan rasa gatal, iritasi, keputihan, dan sakit ketika buang air kecil.
2. Sindrom Genitourinaria Menopause (GSM)
Buat Mama yang belum tahu, GSM kerap dialami oleh perempuan yang ovariumnya akan diangkat atau mereka yang sudah akan memasuki fase menopause. Apa yang terjadi ketika sudah menopause? Tentu saja, kadar estrogen dalam tubuh akan menurun.
Akibat dari penurunan kadar estrogen tersebut, kondisi vagina akan berubah, Ma. Misalnya, organ intim akan menjadi kering dan kurang elastis sehingga menyebabkan rasa sakit hingga perdarahan jika berhubungan.
3. Kekeringan pada Vagina
Bukan hanya dikarenakan menopause saja, Dr. McKenna menjelaskan bahwa kekeringan pada vagina bisa disebabkan oleh beberapa hal. Sebagai contoh, ada sejumlah perempuan yang memang memiliki kadar estrogen tubuh yang rendah sehingga area intimnya memang lebih kering.
Di kondisi lain, Dr. McKenna menambahkan, penyakit kulit seperti psoriasis juga dapat menjadi penyebab mudahnya keluar bercak darah setelah berhubungan.
"Siapa pun yang memiliki kondisi kulit di sekitar vagina yang lantas membuat kulit lebih mungkin berdarah, misalnya psoriasis, juga dapat mempertimbangkannya sebagai kemungkinan penyebab (perdarahan)."
4. Hubungan Intim yang Terlalu Kasar
Perdarahan bisa saja terjadi apabila hubungan intim yang dilakukan terlalu kasar. Gesekan akibat penetrasi sangat berpotensi menimbulkan trauma hingga keluarnya darah. Berkaitan dengan ini, Dr. McKenna menyebutkan bahwa posisi seks yang berbeda juga dapat menimbulkan gejala serupa.
"Jika Anda memiliki pasangan dengan tindikan tubuh, mereka jelas dapat menyebabkan pendarahan pada kesempatan tertentu juga," imbuh Dr. McKenna.
Apabila perdarahan memang terjadi akibat hal ini, sebenarnya Mama tidak perlu menjumpai dokter. Untuk mencegahnya, sebaiknya Mama membicarakan hal tersebut dengan pasangan agar bertindak lebih lembut ketika berhubungan.
5. Sudah Lama Tidak Berhubungan
Kembali berhubungan dengan pasangan setelah jeda yang lama juga memiliki potensi menyebabkan bercak darah. Akan tetapi, apabila kondisi ini berulang terus menerus padahal intensitas berhubungan sudah meningkat, ini berarti perdarahan disebabkan oleh hal lain.
Kalau kondisi ini sudah terjadi, Dr. McKenna menyarankan untuk segera memeriksakan diri ke dokter.
"Anda harus peka dan segera memeriksakannya, karena tidak seorang pun dari kita dapat melihat serviks kita sendiri. Bahkan jika Anda seorang dokter yang memiliki peralatan terbaik di dunia, orang lain harus melakukannya untuk Anda. Ini sangat penting."
6. Erosi Serviks
Dikenal juga sebagai ektropion serviks, Mama yang mengalaminya akan menjumpai sel-sel lunak dari leher rahim yang tumbuh di luarnya.
"Sel-sel di dalam leher rahim terkadang bisa menonjol keluar dan, seperti bagian lembut dari bibir, lapisannya lebih halus sehingga sangat mudah menjadi teriritasi," jelas Dr. McKenna.
Apabila hal ini terjadi, sel-sel yang menonjol keluar tadi rentan mengalami pelemahan. Alhasil, mereka berpotensi berdaraha ketika terjadi kontak terutama saat berhubungan.
"Sel-sel bagian dalam menonjol ke luar dan mereka bisa menjadi lemah, yang berarti mereka bisa berdarah saat kontak."
Erosi serviks bisa terjadi dikarenakan konsumsi obat-obatan tertentu. Jadi untuk mengatasinya, Mama boleh menghentikan penggunaan dari obat tersebut. Atau cara lain adalah dengan berkonsultasi dengan dokter.
Jika memungkinkan, dokter dapat menyarankan untuk menjalani proses pembakaran ektropion (sel-sel yang menonjol tadi) menggunakan perak nitrat.
7. Pertanda Kanker
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, munculnya darah setelah atau selama berhubungan perlu mendapatkan perhatian karena bisa jadi mengindikasikan adanya kanker serviks.
"Ini (kanker) bukanlah penyebab umum perdarahan setelah berhubungan seks, tetapi ini (perdarahan) merupakan salah satu gejala kanker serviks. Jadi, sebaiknya periksakan diri Anda," kata Dr. McKenna.
Lebih jauh lagi, ia menambahkan bahwa perdarahan juga menunjukkan salah satu dari lima kanker ginekologi sehingga bukan hanya kanker serviks saja.
8. Polip
Yang dimaksud dengan polip adalah pertumbuhan daging kecil yang bisa muncul di bagian tubuh mana saja, termasuk leher rahim. Polip umumnya bukanlah sesuatu yang cukup berbahaya, namun dapat menjadi penyebab perdarahan setelah melakukan hubungan intim apabila kebetulan tumbuh di serviks.
Semisal ditemukan polip di bagian organ intim Mama, Dr. McKenna mengungkapkan bahwa daging tumbuh tersebut dapat diobati melalui proses pengangkatan.
"Biasanya mereka (polip) perlu diangkat meskipun jinak yang berarti tidak bersifat kanker, tetapi (kehadiran) mereka bisa cukup mengganggu."