Karena konsepsi sangat rumit, ada sejumlah faktor yang dapat menyebabkan infertilitas perempuan, seperti:
Usia memiliki dampak terbesar pada kemampuan untuk hamil, kata Nicole Noyes, M.D., spesialis endokrinologi reproduksi dan infertilitas di NYU Langone Fertility Center. Perempuan dilahirkan dengan semua sel telurnya dan jumlah serta kualitas sel telur menurun seiring waktu. Sekitar dua pertiga potensi kesuburan hilang antara usia 35 hingga 40 tahun.
Penyakit tuba fallopi menyumbang sekitar 20 persen dari kasus infertilitas yang diobati. Jika saluran tuba terluka atau tersumbat, sperma mungkin kesulitan mencapai sel telur. Telur yang dibuahi mungkin juga mengalami kesulitan melakukan perjalanan ke rahim untuk berkembang menjadi janin.
Endometriosis adalah suatu kondisi di mana jaringan dari lapisan rahim tumbuh di luar rahim. Seringkali di ovarium, saluran tuba, kandung kemih, dan usus. Dalam beberapa kasus, perempuan dengan endometriosis tidak memiliki gejala yang menyakitkan. Dan kondisi ini hanya dapat dikonfirmasi dengan prosedur bedah rawat jalan yang disebut laparoskopi.
Endometriosis dapat menyebabkan penumpukan jaringan parut antara rahim, ovarium, dan saluran tuba. Bila terjadi, maka dapat menghambat transfer sel telur ke saluran tuba. Ini juga dapat menyebabkan kista endometrium yang tumbuh di dalam ovarium dan mencegah pelepasan sel telur atau pengumpulannya oleh tuba falopi. Terlebih lagi, endometriosis dapat mempersulit sel telur yang telah dibuahi untuk menempel pada dinding rahim.
Jika tidak berovulasi secara normal, maka kamu tidak melepaskan sel telur yang sehat untuk dibuahi sperma. Masalah ovulasi sering diakibatkan oleh ketidakseimbangan hormon. Hormon seks perempuan LH, FSH, dan estrogen diperlukan untuk meluncurkan sel telur setiap siklus menstruasi. Saat dilepaskan maka dapat menyebabkan ovulasi. Gejala utama kamu tidak berovulasi secara normal adalah menstruasi yang tidak teratur atau hilang.
- Sindrom ovarium Polikistik (PCOS)
Hingga 10 persen dari semua perempuan mengalami sindrom ovarium polikistik (PCOS). Kondisi tersebut menyebabkan ketidakseimbangan hormon yang memicu tubuh memproduksi testosteron berlebih. Selain itu juga bisa menghambat ovulasi.
Jika sel telur tidak dapat menempel secara normal pada dinding rahim, sel telur tidak dapat terus berkembang menjadi janin yang sehat. Masalah rahim mungkin karena fibroid atau polip, yang merupakan pertumbuhan jaringan jinak dari dinding rahim. Fibroid atau polip juga dapat memengaruhi kesuburan, tergantung pada ukuran dan lokasinya. Jaringan parut di rahim akibat infeksi, keguguran, atau aborsi juga bisa jadi penyebab infertilitas.
- Kekurangan atau kelebihan berat badan
Perempuan dengan indeks massa tubuh (BMI) di bawah 20 atau di atas 27 lebih kecil kemungkinannya untuk hamil. Alasan utama: berat badan terlalu sedikit (dari olahraga berlebihan atau tidak cukup makan) atau terlalu banyak dapat membuat hormon tidak seimbang dan mengganggu ovulasi.
PMS seperti klamidia dan gonore (keduanya mudah diobati dengan antibiotik) dapat menyebabkan infeksi panggul yang mengganggu pembuahan.
Penyakit seperti lupus, diabetes, penyakit tiroid, dan rheumatoid arthritis dapat mengganggu kesuburan.
Antidepresan, antibiotik, obat penghilang rasa sakit, dan obat lain yang digunakan untuk mengobati gangguan kronis dapat menyebabkan kemandulan sementara.
Penelitian telah menunjukkan bahwa merokok dapat mengganggu ovulasi dan merusak telur, membuatnya lebih rentan terhadap cacat genetik yang dapat menyebabkan keguguran. Minum terlalu banyak alkohol juga dikaitkan dengan infertilitas pada perempuan.
- Bahaya dari lingkungan sekitar
Paparan yang terlalu lama terhadap stres mental yang tinggi, suhu tinggi, bahan kimia, radiasi, atau emisi elektromagnetik atau gelombang mikro yang berat dapat mengurangi kesuburan perempuan.