Tujuan pengobatan asma selama kehamilan adalah untuk menghindari kambuhnya asma. Hal ini membantu memastikan janin mendapat pasokan oksigen yang stabil, sehingga mengurangi kemungkinan komplikasi.
Seorang dokter akan meningkatkan pengobatan sesuai dengan tingkat keparahan gejala yang dialami perempuan tersebut, kemudian mengurangi pengobatan setelah gejalanya terkendali.
Dokter akan memantau paru-paru perempuan tersebut dan menyesuaikan rencana pengobatannya. Mereka mungkin juga melakukan USG untuk memeriksa perkembangan bayi.
Strategi untuk mencegah komplikasi asma selama kehamilan meliputi:
- menemui dokter secara rutin,
- minum obat sesuai resep,
- mendapatkan vaksinasi flu, karena flu dapat memicu serangan asma,
- menghindari pemicu asma, termasuk berhenti merokok,
- mengurangi stres, misalnya melalui yoga, mindfulness, atau meditasi,
- makan dalam porsi kecil dan tidak langsung berbaring setelahnya untuk mengurangi risiko sakit maag yang dapat memperburuk gejala asma,
- mengenali tanda-tanda awal kambuhnya penyakit dan menemui dokter jika hal ini terjadi.
Selama kehamilan, asma yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan komplikasi kesehatan bagi ibu dan bayinya. Preeklamsia, pertumbuhan terhambat, berat badan lahir rendah, kelahiran prematur, dan kebutuhan akan persalinan sesar menjadi lebih mungkin terjadi.
Mengikuti rencana pengobatan adalah cara terbaik untuk mengatasi gejala asma.
Asma yang terkontrol dengan baik tidak meningkatkan risiko komplikasi, dan banyak perempuan penderita asma memiliki kehamilan yang sehat.
Selama asma bisa dikontrol, Mama dapat memiliki kehamilan yang sehat. Selain itu, janin pun bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, Ma.
Jadi, itu penjelasan terkait asma pada ibu hamil dan pengaruhnya pada janin. Diskusikan dengan dokter mengenai kondisi Mama agar dokter dapat memberi petunjuk hal-hal yang perlu dilakukan, ya, Ma.