Rutin Olahraga Saat Hamil Turunkan Risiko Depresi Pasca Melahirkan

Olahraga khusus bagi ibu hamil ternyata bisa membantu Mama mencegah depresi, lho!

18 Mei 2018

Rutin Olahraga Saat Hamil Turunkan Risiko Depresi Pasca Melahirkan
Freepik/yanalya

Sebagian orang mungkin beranggapan bahwa kehamilan adalah kesempatan untuk bermalas-malasan dan tidak banyak bergerak.

Padahal, olahraga tetap perlu dilakukan selama hamil. Hanya saja, cara dan intensitasnya saja yang berbeda dan perlu diatur.

Dikutip dari laman Daily Mail, tetap berolahraga selama hamil disebut dapat mengurangi risiko depresi pasca melahirkan.

National Health Service dari Inggris pun menyarankan para perempuan yang sedang hamil, terutama di tahap akhir kehamilan untuk berolahraga rutin sehingga banyak manfaat yang bisa mereka dapatkan, termasuk latihan pernapasan yang sangat dibutuhkan saat persalinan nanti.

Penelitian Tentang Manfaat Olahraga Selama Hamil

Penelitian Tentang Manfaat Olahraga Selama Hamil
Freepik/yanalya

Pendapat tentang perempuan yang sedang hamil tua tidak boleh banyak bergerak sepertinya mulai dianggap kuno. Justru semakin aktif dan bugar seorang perempuan selama kehamilan, mereka akan semakin mudah untuk beradaptasi dengan perubahan tubuhnya selama hamil.

Olahraga selama hamil, terutama pada tahap akhir kehamilan juga sudah banyak membantu para perempuan dalam persalinan mereka.

Para peneliti di Universitas Oslo menemukan bahwa perempuan yang berolahraga rutin selama kehamilan memasuki trimester ketiga dapat menurunkan risiko depresi setelah melahirkan menjadi seperlima dari risiko yang terlihat pada perempuan yang tidak berolahraga sama sekali.

Penelitian itu melibatkan 643 perempuan yang kehamilannya berusia 28 minggu atau sekitar 7 bulan. Para peneliti mengamati seberapa banyak olahraga yang para responden lakukan selama kehamilan. Mereka membagi para responden ke dalam 3 kelompok. Yang pertama, kelompok perempuan yang benar-benar tidak aktif. Kedua, kelompok yang melakukan aktivitas fisik selama 10 hingga 74 menit dalam intensitas sedang dalam seminggu, kelompok ketiga, melakukan aktivitas fisik selama 75 hingga 149 menit dalam seminggu atau lebih.

Ternyata ditemukan hampir 15 persen perempuan yang sama sekali tidak berolahraga selama hamil, menderita depresi setelah melahirkan anak mereka. Tetapi bagi mereka yang melakukan olahraga mingguan atau selama 150 menit per minggu seperti yang direkomendasikan, hanya sekitar tiga persen yang mengalami gejala depresi setelah melahirkan.

Studi yang diterbitkan dalam Journal of Affective Disorders ini juga menyatakan, depresi pasca persalinan dapat berdampak negatif pada hubungan di antara anggota keluarga dan ikatan antara bayi dan Mama, yang mungkin memiliki pengaruh negatif jangka panjang pada anak. Artinya, aktivitas fisik yang dilakukan di trimester ketiga dapat mengurangi gejala depresi pasca persalinan. Hal ini tentu sangat membantu para Mama dalam mengasuh Si Kecil nantinya.

Olahraga Bagi Kesehatan Mental

Olahraga Bagi Kesehatan Mental
freepik

Mungkin Mama sudah tahu sebelumnya bagaimana aktivitas fisik memiliki dampak yang baik bagi kesehatan mental kita.

Hal ini juga dirasakan oleh Mama yang tidak sedang hamil. Aktivitas fisik menyebabkan sel-sel saraf untuk membuat ‘sinyal baru’ di otak untuk meningkatkan fungsi wilayah yang mengendalikan suasana hati.

Oleh karena itu, aktivitas fisik memang dapat membantu melawan depresi. Olahraga intensitas tinggi dapat melepaskan zat kimia yang disebut endorfin, yang memicu rasa senang dan mengurangi rasa sakit.

Sedangkan, latihan dengan intensitas rendah bagi Mama yang sedang hamil dapat memacu pelepasan protein yang menyebabkan pertumbuhan sel-sel saraf yang lebih baik. Ini sangat baik bagi suasana hati Mama secara emosional.

Depresi Pasca Melahirkan

Depresi Pasca Melahirkan
Freepik/peoplecreations

Depresi pasca melahirkan memengaruhi hingga satu dari lima Mama baru. Ini berbeda dengan 'baby blues' yang biasanya menyerang dalam dua minggu setelah melahirkan dan hanya menyebabkan kecemasan ringan.

Gejala depresi pasca persalinan menyebabkan Mama merasa rendah diri, tidak tertarik dalam kehidupan sehari-hari, dan tidak dapat memperkuat ikatan dengan bayi.

The Latest