Aku dan suami bekerja, hubungan kami sangat baik meski nggak punya waktu bersama. Pas aku hamil, kami bersyukur akhirnya bisa diberikan kepercayaan dari Yang Maha Kuasa.
Pas saya hamil 3 bulan, suami saya kena pengurangan pegawai. Usia dia belum terlalu tua, baru 35 tahun ya tapi susah juga ternyata cari kerjaan yang baru.
Biasa ada 2 orang yang mendapat penghasilan, lalu akhirnya hanya aku yang kerja. Semua secara finansial jadi berubah. Suami aku juga nggak punya banyak tabungan. Uangnya hanya cukup untuk makan sehari-hari sampai 2 bulan ke depan.
Sisanya untuk periksa ke dokter harus pakai uangku sendiri dan persalinan aku harus pikirkan lagi, padahal tadinya ada asuransi dari kantor suami. Tapi itu semua kandas.
Saat membicarakan tentang persalinan, ibu mertuaku selalu menyebutkan sederet rumah sakit yang mahal-mahal. Katanya anak pertama, usia aku tidak terlalu muda, jadi pilih yang bagus.
Memang benar yang beliau ucapkan, tapi kondisinya aku sedang sulit. Tidak ada yang menyangka bakal seperti ini.
Suami aku pun seakan pro dengan ucapan ibunya. Aku heran, kenapa dia tidak bisa mengerti tentang kondisi yang kami alami di rumah tangga kami.
Pernah satu kali sudah jadwal periksa bulanan, tapi uang ku terpakai karena ada kebutuhan mendadak lainnya. Aku tidak punya biaya untuk cek bulanan.
Aku juga sakit saat itu. Tubuhku demam, dan rasanya seluruh badan nyeri semua.
Suamiku tidak bisa membantu, bahkan dia juga tidak berusaha meminjam ke ibu mertua. Sedih sekali karena dalam hatiku terus berkata, kalau ibuku masih ada pasti tidak akan sesulit ini.
Aku juga sudah tidak muda lagi. Masa uang untuk cek kehamilan saja tidak punya. Akhirnya aku yang sedang demam dan hamil tua hanya berbaring di kamar.
Ibu mertua datang membesuk, tak disangka ia malah memarahi aku sambil mengajak aku berobat ke rumah sakit.
Suamiku tidak membela atau berkata apa pun. Dia hanya membereskan baju karena hari itu tiba-tiba aku kontraksi.
Bukan kontraksi palsu, ternyata aku melahirkan lebih maju dari hari prediksi kelahiran yang semestinya. Bersyukur aku melahirkan normal.
Biaya 6 juta dibayar oleh ayah mertuaku. Aku berhutang budi, dia menanggung hidupku dan anak aku saat itu. - Zara, 33 tahun.