Pexels.com/MART PRODUCTION
Oligohidramnion merupakan istilah medis untuk menyebut kurangnya jumlah air ketuban. Kondisi ini dapat mengakibatkan cairan di sekitar janin dalam kandungan menjadi terlalu sedikit.
Sekitar 8 persen ibu hamil di seluruh dunia didiagnosis mengalami oligohidramnion. Dari angka tersebut, didapatkan 12 persen kasus yang menyebabkan komplikasi pada kehamilan.
Air ketuban berasal dari cairan yang dihasilkan tubuh ibu. Semakin bertambahnya usia kehamilan, maka semakin banyak urine yang diproduksi janin sehingga memenuhi kantong ketuban.
Volume rata-rata air ketuban adalah 800 mililiter. Saat menjelang persalinan, volume ini akan berkurang menjadi sekitar 600 mililiter.
Umumnya, dokter menggunakan ultrasonografi atau USG untuk mengetahui kecukupan air ketuban ibu hamil. Dengan proses ini, dokter dapat mengukur jumlah air ketuban di dalam kandungan ibu hamil.
Adapun terdapat dua cara pengukuran jumlah air ketuban. Pertama dengan fluid index (AFI) dan kedua maximum vertical pocket (MPV). Kedua cara ini dapat membantu untuk mengetahui apakah ibu hamil mengalami oligohidramnion atau tidak.
AFI mengecek seberapa dalam air ketuban di empat area rahim dan menjumlahkannya. Ibu bisa dikatakan mengalami oligohidramnion jika angka yang didapat kurang dari 5 cm.
Sementara MPV mengukur area terdalam rahim untuk mengecek ketinggian cairan. Ibu disebut mengalami oligohidramnion jika tingginya kurang dari 2 cm.