Tes darah ini mengamati gen dalam sampel darah ibu hamil dan mengukur tingkat RNA, yang membawa instruksi dari DNA ke bagian tubuh yang membuat protein.
Dari sana, para ilmuwan mengidentifikasi gen mana yang memberikan sinyal yang menandakan risiko kelahiran prematur dan usia kehamilan, atau sejauh mana kondisi kehamilan itu.
Untuk mengetahui bagaimana menentukan kelahiran prematur, para peneliti menggunakan sampel darah dari 38 perempuan di Amerika Serikat yang berisiko, 13 di antaranya melahirkan prematur dan sisanya melahirkan sesuai dengan usia kehamilannya.
Perempuan yang dianggap berisiko biasanya mereka akan mengalami kontraksi dini atau sebelumnya pernah melahirkan bayi prematur. Satu sampel darah diambil dari setiap perempuan selama trimester kedua atau ketiga kehamilan.
Para ilmuwan menemukan bahwa tingkat RNA dari tujuh gen dan plasenta dapat memprediksi kehamilan mana yang akan melahirkan lebih awal.
Sedangkan untuk memprediksi usia kehamilan, para ilmuwan menggunakan sampel darah dari 21 perempuan asal Denmark yang sedang hamil untuk mengidentifikasi RNA yang dihasilkan oleh plasenta yang memprediksi usia kehamilan.
Perkiraan tingkat keakuratan tes ini sekitar 45 persen, lebih rendah dibandingkan dengan akurasi 48 persen dari tes USG di trimester pertama.
Tes ini bisa dijadikan alat yang lebih baik untuk membantu pemeriksaan ibu hamil. Mengingat, USG masih tergolong mahal.