TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Kasus Sifilis Naik, Risiko Penularan dari Ibu Hamil ke Janin Tinggi

Penularan sifilis dari ibu ke anak menyumbang persentase cukup tinggi, yakni sebesar 69-80%

Freepik/rawpixel.com

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap kondisi terbaru kasus penyakit menular seksual di Indonesia. Melalui keterangan juru bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril, menyebutkan bahwa ada tiga penyakit menular seksual yang paling berisiko menjangkit anak, yakni human immunodeficiency virus (HIV), sifilis (raja singa), dan hepatitis B.

Sepanjang 5 tahun terakhir, kasus raja singa dari 2018 ke 2022 kemarin naik hampir 70 persen.

Bagi ibu hamil, penyakit ini juga bisa menyerang yang dinamakan sifilis kongenital. Apabila tidak diobati, sifilis pada ibu hamil dapat menyebabkan keguguran atau kematian segera setelah bayi lahir.

BerikutPopmama.com rangkum berita selengkapnya.

1. Sifilis pada ibu hamil

Freepik/rawpixel-com

Sifilis disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Risiko infeksi sifilis meningkat pada seseorang yang berganti-ganti pasangan seksual atau penggunaan jarum suntik yang telah terinfeksi, hingga tindakan tato yang tidak aman.

Sifilis pada ibu hamil bisa sangat berbahaya bagi ibu maupun bayi. Sifilis kongenital ini dapat menular kepada bayi. Ibu hamil dapat menyebabkan komplikasi pada bayi yang telah lahir, seperti gangguan pendengaran, pembengkakan hati dan limpa, kelainan batang hidung dan bagian tulang lainnya, serta gangguan otak.

Kondisi sifilis kongenital pada bayi dapat dikurangi risikonya dengan mengobati penyakit tersebut sebelum ibu hamil memasuki umur kehamilan 4 bulan. Jika terlambat diobati maka risiko komplikasi pada janin hingga bayi yang lahir sangat besar.

2. Penyebab penularan sifilis dari ibu hamil ke bayi

Freepik/studioredcup

Ada tiga kemungkinan bayi yang lahir dari ibu hamil tertular sifilis. Bisa terjadi saat dalam kandungan, saat proses melahirkan, hingga saat proses menyusui.

Penularan penyakit raja singa atau sifilis dari jalur ibu ke anak menyumbang persentase yang cukup tinggi, yakni sebesar 69 hingga 80 persen. Umumnya, risiko yang akan terjadi pada bayi berupa risiko abortus alias keguguran, anak lahir mati, atau sifilis kongenital alias sifilis bawaan pada bayi baru lahir.

3. Banyak ibu hamil yang tidak mengobati sifilisnya

Freepik/user15285612

Sayangnya, dalam pernyataan terbaru, Syahril mengatakan hanya sekitar 40 persen ibu hamil penderita sifilis yang sudah diobati. Rendahnya angka pasien yang diobati karena suami yang tidak mengizinkan istri untuk tes sifilis dan stigma masyarakat.

Oleh karenanya, Kemenkes mengimbau agar masyarakat menjauhi pola dan gaya hidup yang meningkatkan risiko sifilis. Dari berganti-ganti pasangan seks hingga penggunaan jarum suntik atau jarum tato yang berisiko.

4. Cara pengobatan dan pencegahan sifilis agar tidak menulari bayi, ibu hamil catat!

Freepik/user18526052

Gejala awal sifilis bisa diperhatikan dengan munculnya luka di kelamin, mulut, atau anus, serta memiliki faktor risiko terinfeksi sifilis. Pemeriksaan lebih lanjut diikuti dengan pemeriksaan laboratorium penunjang dapat dilakukan oleh dokter spesialis dermatologi dan venereologi.

Untuk pengobatannya, pada infeksi primer dan sekunder antibiotik penisilin menjadi pilihan utama. Dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan dan tes alergi sebelum pengobatan diberikan. Beberapa obat oral dapat diberikan bagi pasien yang alergi terhadap penisilin.

Bagi ibu hamil penderita sifilis, diharapkan segera mengonsultasikan kondisi janin kepada dokter agar bayi dalam kandungan mendapatkan pengobatan untuk menurunkan kemungkinan terinfeksi.

5. Tanda-tanda sifilis pada bayi yang perlu diwaspadai

Freepik/Freepik

Mengutip University of Florida Health (UFHealth), ibu hamil yang mengidap penyakit sifilis sebelum atau selama kehamilan dapat menularkannya pada bayi dalam kandungan, yang disebut sebagai sifilis kongenital.

Sayangnya, hampir setengah dari bayi yang terinfeksi penyakit sifilis saat dalam kandungan meninggal sesaat sebelum atau setelah lahir. Oleh karena itu, penyakit sifilis kongenital didefinisikan sebagai infeksi parah, melumpuhkan, dan sering kali mengancam jiwa bayi.

WebMD dan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), gejala sifilis pada bayi cenderung mulai muncul pada usia 3 sampai 14 minggu. Tanda-tanda sifilis kongenital di tahap awal meliputi:

  • Peradangan atau pengerasan tali pusar bayi
  • Demam
  • Masalah kulit
  • Ruam
  • Berat lahir rendah
  • Kadar kolesterol tinggi saat lahir
  • Meningitis
  • Anemia
  • Jumlah monosit (sejenis sel darah putih) yang lebih tinggi dalam darah bayi
  • Hati atau limpa yang lebih besar
  • Penyakit kuning
  • Kejang
  • Pengelupasan kulit yang memengaruhi telapak tangan dan telapak kaki bayi
  • Masalah mental
  • Periostitis (radang di sekitar tulang yang menyebabkan tungkai dan persendian lunak)
  • Pilek
  • Rambut rontok
  • Peradangan di mata bayi
  • Radang paru-paru

6. Waspada pada bayi yang mungkin lahir dengan sifilis tanpa gejala klinis

Istockphoto/Hxyume

Penyakit sifilis berkembang secara perlahan. Sehingga beberapa bayi mungkin lahir tanpa tanda-tanda klinis, tetapi sifilisnya terus berkembang seiring ia hidup jika tidak diobati.

Adapun ciri-ciri bayi yang mungkin lahir dengan sifilis tanpa gejala klinis, meliputi keterlambatan perkembangan, manifestasi neurologis, dan tanda fisik sifilis kongenital lanjut.

Berikut tanda-tanda sifilis pada bayi tahap akhir yang mungkin terjadi:

  • Sakit tulang
  • Penyakit mata
  • Gigi Hutchinson
  • Keratitis interstitial: penglihatan kabur, robekan abnormal, sakit mata, dan kepekaan terhadap cahaya Hidung pelana (saddle nose)
  • Tampak tulang di dahi
  • Langit-langit melengkung tinggi
  • Tulang rahang atas pendek
  • Gangguan pendengaran
  • Di sekitar mulut membelah dan retak

Paling lambat tanda-tanda sifilis pada bayi muncul di usia 5 tahun. Jika bayi menderita sifilis bawaan, penting untuknya mendapatkan pengobatan sesegera mungkin.

Perawatan yang cepat dan pemeriksaan medis rutin diperlukan untuk memastikan terapi bekerja dengan baik. Dokter biasanya menggunakan antibiotik penisilin untuk mengobati bayi penderita sifilis kongenital. Bayi dapat diberi penisilin melalui suntikan atau jalur intravena (disebut IV).

Jangan malu mengungkapkan dan segera obati. Untuk kesehatan kita, janin dalam kandungan hingga sang Bayi lahir ke dunia.

Baca juga:

The Latest