TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Unik, Begini Tradisi Pemberian Nama Bayi Berdasarkan Adat Sunda

Masyarakat Sunda memiliki kebiasaan unik saat memberikan nama bayi

Unsplash/Jonathan Borba

Nama anak seringkali berisi harapan dan doa dari orangtuanya. Hal inilah yang membuat pemberian nama bayi perlu dipikirkan secara matang dan tidak bisa dilakukan dengan sembarangan.

Banyak faktor yang menjadi latar belakang pemberian nama bayi, salah satunya yakni tradisi dari adat tertentu. Apalagi Indonesia sangat kaya akan tradisi dan budaya, sehingga setiap daerah pun memiliki tradisi masing-masing saat ingin memberikan nama bayi. 

Salah satu tradisi pemberian nama bayi yang unik berasal dari adat Sunda. Di daerah Sunda, pemilihan nama bayi pun banyak yang puitis dan maknanya tetap diperhatikan dengan baik. Selain itu, ada juga suku kata namanya diulang-ulang contohnya Cahya Priya Prospera.

Bagaimana sebenarnya tradisi pemberian nama anak berdasarkan adat Sunda? Yuk, simak ulasannya di Popmama.com berikut ini, Ma!

1. Proses pemberian nama bersifat sakral

Pexels/Helena Lopes

Dalam pemberian nama menurut adat kebiasaan dan konsepsi masyarakat Sunda tidak dapat dilakukan dengan sembarangan nih, Ma. Proses pemberian nama itu bersifat sakral karena mempunyai implikasi pada prospek di masa datang.

Maka dari itu, proses pemberian nama harus melalui sebuah ritual seperti upacara selamatan. Ini dilakukan agar nama anak yang dipilih bisa indah atau gagah kedengarannya, apalagi ada banyak hal yang harus diperhitungkan saat memilih sebuah nama. 

Selain itu, pemilihan nama yang tidak bisa sembarangan ini diharapkan agar nama tersebut membawa berkah, keselamatan, keuntungan, keunggulan untuk si Kecil. 

Detail-detail sederhana yang perlu diperhitungkan biasanya tidak terlepas dari hari lahir, bulan serta jam saat si Kecil dilahirkan.

Jika diterapkan dengan baik, maka di dalam nama tersebut tersimpan kearifan dan dapat merefleksikan harapan orangtua terhadap anaknya. 

2. Pemberian nama melibatkan kakek dan nenek dari kedua pihak orangtua

Freepik/Freepic.diller

Nama adalah doa, sehingga proses pemilihannya pun sangat sakral dan tidak bisa asal-asalan.

Demi nama yang memiliki arti yang bagus, maka pemberian nama bayi tidak hanya melibatkan orangtuanya saja. Pihak kakek dan nenek dari kedua orangtuanya pun bisa memberikan rekomendasi yang baik saat memberikan sebuah nama. 

Tak hanya kakek dan neneknya saja, bahkan tidak jarang pemilihan nama juga bisa berasal dari orangtua yang sangat disegani seperti seorang kiai.

Selain kiai, seseorang yang memiliki pengetahuan serta kemampuan adikodrati mengenai keberuntuhan, kesialan, perbintangan serta perhitungan nilai huruf juga bisa memberikan nama atas izin dari orangtua si Kecil. Kemampuan tersebut tak jarang dipergunakan sebagai angka untuk mengetahui sebuah peruntungan. 

Biasanya nama-nama yang dipilih nantinya aka ditulis di secarik kertas, lalu diletakkan di sebuah wadah. Salah satu dari orangtua nanti akan mengambil kertas tersebut. Nama yang tertulis pada kertas itulah yang dipilih sebagai nama untuk si Kecil. 

3. Terdapat pengulangan suku kata

Pexels/Marcin Jozwiak

Cahya Priya, Evi Novia atau Eman Durahman menjadi beberapa contoh nama di masyarakat Sunda yang menggunakan pengulangan suku kata. Makna dari pengulangan tersebut melambangkan siklus dan peningkatan dari suatu yang baik.

Mama yang sedang mencari nama untuk si Kecil pun bisa mencari rekomendasi berdasarkan pengulangan suku kata. Misalnya saja Ajat Sudrajat, diharapkan kelak anak mama bisa memiliki derajat yang berlipat-lipat dan semakin tinggi.

4. Ada pangnénéh atau dikenal sebagai nama kesayangan

Freepik/cubacuba31

Dalam proses pemberian nama di masyarakat Sunda dikenal dengan nama “pangnénéh” (nama kesayangan), yang biasanya digunakan untuk nama panggilan sehari-hari. Contohnya Endi yang diambil penggalan kata Ruskendi.

Munculnya nama pangnénéh ini kemungkinan besar diberikan oleh orangtua untuk anaknya, namun tak jarang dilakukan oleh si Anak langsung ketika sudah besar.

Tak jarang karena masih kecil, anak-anak masih tidak mampu mengartikulasikan namanya yang berfonem /r/, akhirnya menjadi nama panggilan sampai dewasa. Sebagai contoh seperti Guntur menjadi Utuy. Seringkali nama panggilan ini berada di depan nama asli, misalnya Utuy Guntur.

5. Pemilihan nama dipengaruhi oleh budaya, agama atau tokoh idola

Pxhere.com

Pada masyarakat Sunda dewasa ini, kecenderungan pemberian nama bayi lebih didominasi oleh orangtua tanpa melibatkan anggota keluarga lain. Pemilihan nama ini biasanya mempunyai latar belakang agama atau budaya. 

Namun tidak sedikit yang memilih nama-nama yang “unik” atau bernuansakan bahasa Sansekerta, misalnya Andanawarih Gumiwang Raspati, Dwimantik Sekartanjung, Murubmubyar Parangina atau Genyas Katalinga.

Pemberian nama juga menyiratkan keunikan berdasarkan ramuan kata, sehingga menghasilan nama yang unik dan tidak ada duanya. Contohnya saja seperti Gelara Julianarba, Gelara dari kata gelar: lahir, bulan Juli, bisa hari Rabu atau tanggal 4.

Selain itu ada nama Anya Dwinov, terdengar seperti nama Rusia, yang artinya Dwi artinya dua dan November; Barbo memiliki arti babar: lahir poé Rebo atau lahir di hari Rabu.

Pemberian nama juga seringkali berdasarkan nama atau tokoh idola, seperti Obama, Rosalinda, bahkan karakter superhero seperti Gatot Kaca.

Nah, itu beberapa kebiasaan dan panduan yang dilakukan oleh masyarakat Sunda dalam memberikan nama untuk bayi. Unik sekali ya, Ma. 

Bagaimana proses pemberian nama yang biasanya Mama lakukan di keluarga?

Baca juga:

The Latest