Tak ada yang salah dengan memberikan susu formula pada bayi. Hanya saja, bayi dengan intoleransi fruktosa bawaan berisiko mengalami gagal hati akut jika diberi susu formula tertentu yang mengandung fruktosa.
Dilansir dari laman Emory Medicine Magazine, para dokter berpendapat produsen susu formula bayi harus menghilangkan fruktosa atau sukrosa. Jalan lainnya adala dengan memberi label produk mereka secara eksplisit agar orangtua dapat menghindari pemanis tersebut jika perlu.
Dalam sebuah makalah terbaru di Molecular Genetics and Metabolism, ahli genetika Emory Hong Li, MD, PhD dan Michael Gambello, MD, PhD bersama dengan ahli hepatologi anak dari Children's Healthcare of Atlanta Miriam Vos, MD dan rekan-rekannya melaporkan empat kasus Hereditary Fructose Intolerance (HFI) atau intoleransi fruktosa bawaan, yang semuanya didiagnosis pada bayi baru lahir. Semuanya mengalami gagal hati akut yang sembuh ketika bayi beralih ke susu formula tanpa fruktosa.
Masalah terkait HFI tidak muncul jika bayi disusui secara eksklusif. Masalah ini biasanya dikenali saat makanan padat yang mengandung fruktosa, seperti buah, diperkenalkan ke dalam pola makan beberapa bulan setelah lahir.
Namun, beberapa susu formula bayi (sering kali berbahan dasar kedelai) mengandung pemanis seperti sirup jagung fruktosa tinggi atau sukrosa yang terbuat dari fruktosa dan glukosa yang digabung menjadi satu. Terkadang, labelnya bahkan hanya mencantumkan gula dan bukan sukrosa. Inilah yang perlu benar-benar Mama waspadai.
Nah, itulah tadi rangkuman tentang perbedaan sukrosa dan fruktosa pada susu formula. Semoga informasi ini bisa membantu Mama dalam memenuhi kebutuhan nutrisi si Kecil di masa tumbuh kembangnya, ya.