Meskipun sains memang berperan, dari perspektif evolusi, manusia pada dasarnya terprogram untuk menikmati bau bayi.
Otak dan sistem neurologis kita diprogram untuk merespons bau tersebut secara positif. Tertarik padanya membantu kita menjadi lebih protektif terhadap keturunan kita. Hal ini berlaku untuk orangtua itu sendiri, tetapi juga untuk manusia lainnya. Kita semua merespons bayi baru lahir secara positif. Ini adalah respons evolusi yang sangat berkembang.
Alasan sosial dan budaya juga memengaruhi bagaimana bau bayi baru lahir dialami dan diinterpretasikan. Orang-orang suka berada di dekat, menggendong, dan mencium bayi. Ada banyak alasan mengapa, tetapi sebagai spesies, kita tertarik untuk melindungi anak-anak kecil. Itu salah satu alasannya.
Sebuah studi yang diterbitkan dalam Frontiers in Psychology mengungkapkan bahwa orang-orang dengan otak ovarium, khususnya, terpicu secara positif oleh bau bayi yang baru lahir.
Dalam studi ini, para peneliti mengamati 30 orang dengan ovarium—15 orang yang baru saja melahirkan dan 15 orang yang belum memiliki anak. Mereka diminta untuk mengidentifikasi berbagai aroma misterius, termasuk bau bayi baru lahir, sementara para peneliti memantau aktivitas otak mereka.
Peneliti menyelidiki bagaimana orangtua yang akan melahirkan akan bereaksi terhadap bau badan bayi yang baru lahir. Penting untuk diingat bahwa itu bukan bayi mereka sendiri, melainkan bayi lain. Yang ditemukan oleh peneliti adalah baik bagi orangtua baru maupun bukan orangtua, bau badan bayi ini mengaktifkan sirkuit penghargaan di otak, dan itu berbeda dari bau biasa.
Bau-bau umum biasanya mengaktifkan area spesifik lain di otak yang disebut area pemrosesan penciuman. Namun, bau bayi justru mengaktifkan pusat penghargaan, mirip dengan cara kerja makanan enak atau bahkan obat-obatan. Ini jauh lebih kuat bagi orangtua baru dibandingkan bagi bukan orangtua.
Temuan ini tampaknya mengonfirmasi apa yang selama ini diketahui orangtua—bahwa bau bayi yang baru lahir itu adiktif.
ilustrasi bayi baru lahir (pexels.com/Foden Nguyen)