Tifus pada Bayi: Gejala, Penyebab, dan Pengobatannya

Meski jarang, bayi juga bisa mengalami tifus, Ma

3 April 2024

Tifus Bayi Gejala, Penyebab, Pengobatannya
Freepik/lifeforstock

Sistem kekebalan tubuh bayi belum sepenuhnya berkembang. Hal ini membuatnya lebih rentan terhadap infeksi virus dan bakteri. Misalnya tifus.

Tifus adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi, yang dapat menyebabkan diare, demam, dan muntah-muntah. Jika tidak ditangani tepat waktu, dapat berakibat fatal bagi si Kecil.

Pada ulasan kali ini, Popmama.com akan membahas tentang tifus pada bayi, mulai dari gejala, penyebab, pengobatan hingga pencegahannya.

Semoga informasi ini bermanfaat untuk mencegah tifus pada bayi, Ma.

Penyebab Tifus pada Bayi

Penyebab Tifus Bayi
Freepik/Vimaliss

Tifus adalah infeksi bakteri yang disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi dari keluarga Salmonella (menyebabkan keracunan makanan).

Bakteri ini hidup pada manusia dan keluar melalui urine atau feses seseorang. Ketika masuk ke dalam tubuh, bakteri tersebut berkembang biak dengan cepat dan menyebar ke aliran darah tubuh.

Tifus pada bayi dan anak kecil dapat disebabkan karena kelalaian dalam perawatan dan paparan makanan dan air yang terinfeksi.

Gejala yang terlihat ringan hingga berat dan dapat hilang dalam waktu 5 hari setelah pengobatan dimulai. Setelah sembuh, bayi bisa menjadi pembawa bakteri, yang berarti ia dapat menularkan penyakit tersebut ke orang lain.

Bakteri Salmonella typhi menyerang sistem peredaran darah pusat dan mulai berkembang biak. Tifus adalah penyakit yang sangat menular, menyebar dengan cepat dan dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut:

  • Makanan dan air: Seperti kolera, tifus terutama ditularkan melalui makanan dan air yang terkontaminasi. Bayi tertular penyakit ini melalui konsumsi makanan atau air yang terkontaminasi.
  • Pembawa: Seorang bayi dapat terinfeksi ketika pembawa atau orang yang terinfeksi menyentuhnya tanpa mencuci tangan.
  • Menyiapkan makanan yang kurang bersih: Makanan yang tidak higienis atau penyimpanan yang tidak tepat juga menyebabkan penyakit tifus pada bayi.
  • Kotoran: Bakteri tifus ditularkan melalui tinja orang yang terinfeksi dan tidak mencuci tangan setelah menggunakan toilet dapat menyebabkan infeksi.

Meskipun tifus sering terjadi pada anak-anak antara usia 2 dan 5 tahun, balita dan bayi juga dapat dengan mudah tertular penyakit ini. Gejala yang terlihat pada balita dan bayi mudah tertukar dengan penyakit lain.

Bayi yang hanya mendapat ASI saja jarang tertular penyakit ini karena mereka memperoleh kekebalan melalui ASI. Mereka juga terlindungi dari makanan yang terkontaminasi karena mereka tidak mengonsumsinya. Namun bisa saja bayi tertular tifus dari pembawa atau lingkungan yang kurang bersih.

Editors' Pick

Gejala Tifus pada Bayi

Gejala Tifus Bayi
Freepik/drazenzigic

Gejala tifus pada bayi berkembang dalam waktu 1 atau 2 minggu setelah bayi bersentuhan dengan makanan atau air yang terkontaminasi. Gejala ini bisa berlangsung hingga 4 minggu atau lebih. Tanda-tanda tifus pada anak atau bayi antara lain:

  • Demam ringan yang menetap sebesar 38 derajat celsius, yang meningkat seiring waktu dan berlangsung selama lebih dari 3 hari.
  • Pada beberapa bayi, pola demamnya meningkat seiring berjalannya waktu dan akhirnya menurun pada pagi hari.
  • Sakit perut. Terkadang hal ini menyebabkan nyeri tubuh.
  • Gelisah, lemah, dan tampak lelah.
  • Lidah berlapis.
  • Sakit kepala parah.
  • Diare atau sembelit.
  • Bintik-bintik berwarna merah di dada setelah minggu pertama, yang mungkin sulit terlihat pada awalnya.
  • Kehilangan selera makan.
  • Penurunan berat badan bayi.

Gejala-gejala ini dapat berkisar dari ringan hingga parah, berdasarkan faktor-faktor yang mencakup kesehatan, usia, dan riwayat vaksinasi.

Jika bayi menunjukkan tanda-tanda demam tinggi, gelisah, muntah terus-menerus, dan diare, Mama harus segera membawa bayi ke dokter. Meskipun gejalanya ringan, disarankan untuk menemui dokter untuk menghentikan infeksi sejak awal.

Mengobati Tifus pada Bayi

Mengobati Tifus Bayi
Freepik.com/freepik

Setelah tifus didiagnosis, dokter mungkin akan meresepkan daftar antibiotik untuk mengatasi bakteri tersebut.

Pengobatan tifus pada bayi meliputi pemberian obat-obatan hingga 2 minggu, atau selama jangka waktu yang ditentukan. Dianjurkan untuk tidak membeli antibiotik ini tanpa resep atau mengobati sendiri. Resep dokter akan memastikan bayi atau balita mendapatkan jenis obat yang tepat dan dosis yang tepat berdasarkan usia dan berat badannya.

Jika si Kecil sakit parah dan tidak bisa makan atau minum, dokter akan menyarankan agar ia dirawat di rumah sakit. Cairan, antibiotik, dan nutrisi akan diberikan kepada bayi melalui infus. Namun sebagian besar bayi dan balita dapat dirawat di rumah selama tahap pemulihannya.

Penting untuk memastikan bahwa si kecil diberikan antibiotik lengkap. Selama di rumah, bayi bisa pulih lebih cepat jika Mama mengikuti tips berikut:

  • Pastikan bayi mendapat cukup makanan dan cairan: Tifus akan membuat bayi kehilangan cairan penting saat berkeringat, muntah, dan diare. Jadi pastikan bayi minum cukup air. Dokter mungkin juga akan menyarankan larutan rehidrasi oral (ORS) untuk si Kecil. Bayi yang terkena infeksi tifus mungkin mengalami kehilangan nafsu makan, sehingga penting baginya untuk mendapatkan nutrisi yang teratur untuk mempertahankan tingkat energi agar dapat pulih. Jika bayi masih disusui, berikan ASI sesering mungkin atau biarkan bayi menyusu selama mungkin.
  • Pastikan bayi mendapat istirahat yang cukup: Bayi memerlukan banyak istirahat selama masa pemulihan dari demam hingga gejalanya hilang sepenuhnya. Ini membantu tubuh menjadi kuat lebih cepat.
  • Mandikan bayi dengan spons: Jika Mama tidak ingin memandikan bayi setiap hari saat ia sakit, Mama harus memandikan bayi dengan spons setiap hari atau dua hari sekali. Ganti pakaian setiap hari agar bayi merasa segar dan bersih.

Komplikasi Tifus pada Bayi

Komplikasi Tifus Bayi
Freepik/rawpixel.com

Jika tifus tidak segera diobati, dapat menimbulkan beberapa komplikasi, terutama jika bayi sudah menderita sakit selama lebih dari 2 minggu.

Jika infeksi tifus tidak diobati tepat waktu, penyakit ini juga bisa berakibat fatal. Komplikasi penyakit tifus pada bayi antara lain:

  • perdarahan di usus dan lambung,
  • mudah terkejut dan kebingungan,
  • keracunan darah,
  • bronkitis,
  • meningitis,
  • koma,
  • radang paru-paru,
  • infeksi pada ginjal atau kandung empedu,
  • kolesistitis atau radang kandung empedu,
  • peradangan pankreas,
  • miokarditis atau peradangan otot jantung,
  • mengigau,
  • peradangan pada katup dan lapisan jantung.

Tindakan Pencegahan yang Bisa Dilakukan

Tindakan Pencegahan Bisa Dilakukan
freepik/freepik

Vaksin menjadi salah satu tindakan pencegahan yang bisa dilakukan. Meskipun vaksin merupakan tindakan pencegahan yang penting, ada beberapa langkah lain yang juga dapat membantu, seperti:

  • Gunakan air bersih: Pastikan keluarga dan bayi selalu minum dan menggunakan air bersih. Air yang terkontaminasi dan tidak bersih adalah penyebab sebagian besar penyakit.
  • Pastikan bayi mendapat nutrisi yang tepat: Tidak ada bukti bahwa penyakit tifus ditularkan melalui ASI. Oleh karena itu, teruslah menyusui bayi. Jika si Kecil sudah lebih besar, berikan makanan yang bervariasi dan sehat yang mencakup protein, produk susu, buah-buahan, dan sayuran setiap kali makan.
  • Jaga kebersihan: Mama harus menjaga kebersihan dan mencuci tangan secara menyeluruh dengan air dan sabun sebelum makan, memasak, memberi makan bayi, setelah menggunakan toilet, setelah menyentuh hewan peliharaan, dan setelah mengganti popok bayi. Mandikan bayi setiap hari untuk mengusir kuman. Jagalah dapur dan permukaannya tetap bersih dan rapi serta buang produk makanan kadaluwarsa.

Itu penjelasan tentang tifus pada bayi, mulai dari gejala, penyebab, pengobatan hingga pencegahannya. Kenali dan amati gejalanya sehingga Mama bisa melakukan penanganan yang cepat dan tepat untuk bayi.

Semoga si Kecil selalu sehat, ya, Ma!

Baca juga:

The Latest