Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
ilustrasi bayi sakit karena RSV(pexels.com/Kristina P.)
ilustrasi bayi sakit karena RSV(pexels.com/Kristina P.)

Batuk yang tak kunjung sembuh lebih dari dua minggu sering kali membuat orangtua cemas, terutama bila dialami bayi. Kondisi ini bisa menandakan sesuatu yang lebih serius dibanding batuk biasa.

Lantas, apa sebenarnya yang menyebabkan batuk dua minggu lebih belum sembuh? Kapan sebaiknya kita sebagai orangtua harus waspada?

Untuk menjawabnya, simak penjelasan Popmama.com melansir dari Instagram dr. Arifianto, Sp.A selaku Dokter Anak. 

1. Selesma bisa sembuh dengan sendirinya, tidak ada obat spesifik yang perlu diminum

Dokter yang akrab disapa Apin tersebut menjelaskan bahwa batuk dan demam yang disertai maupun tidak disertai demam bernama common cold atau selesma.

Selesma adalah infeksi virus pada saluran pernapasan bagian atas (ISPA) yang menyebabkan gejala ringan seperti hidung tersumbat, bersin, dan sakit tenggorokan. Penyakit ini dapat sembuh dengan sendirinya berkat daya tahan tubuh. 

“Batuk+pilek. Dengan atau tanpa demam. Ini namanya common cold/selesma. Penyebabnya: VIRUS. Sembuh oleh daya tahan tubuh. Alamiah. Nggak ada obat spesifik yang harus diminum. Tidak ada manusia di dunia yang nggak pernah mengalami selesma. Pada anak: bisa 12x/tahun,” tulis Dokter Apin. 

“Ada >100 jenis virus penyebab common cold/ selesma. Rhinovirus berbagai tipe, parainfluenza, adenovirus, RSV, dll. Tetap aja nggak ada obat yg harus diminum. Tapi ada sebagian anak yang sakit karena common cold atau flu yang hadi pneumonia. Tandanya sesak napas,” sambungnya.

2. Pilek dan flu adalah dua hal yang berbeda

Freepik/rorozoa

Pilek dan flu sering dianggap sama, padahal keduanya berbeda. Pilek biasanya disebabkan oleh selesma dengan gejala ringan seperti batuk, pilek, dan hidung tersumbat. 

Sedangkan, flu adalah singkatan dari influenza yang memiliki gejala mirip pilek namun sering disertai demam dan kondisi tubuh terasa lebih lemah.Keduanya sama-sama disebabkan oleh virus dan umumnya bisa sembuh dengan sendirinya melalui daya tahan tubuh. 

“Pilek itu BUKAN flu ya. Flu adalah singkatan dari influenza. Flu mirip dengan selesma gejalanya. Batuk+pilek, seringkali Py dengan demam. Kalaupun PY tidak bisa membedakan virusnya influenza atau bukan, tidak terlalu penting. Toh selesma dan flu sama-sama karena virus. Sembuh alamiah,” jelas Dokter Apin. 

3. Sesak napas menjadi tanda awal anak harus segera ditangani dokter

pexels/Laura Garcia

Batuk yang awalnya tidak disertai sesak lalu berlanjut menjadi sesak perlu diwaspadai. Kondisi ini bisa menandakan adanya pneumonia, bronkiolitis, pertusis (PS), atau bahkan asma.

Sesak napas adalah tanda awal yang perlu dikhawatirkan, penting untuk segera memeriksakan anak ke dokter agar mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat.

“Jadi kalau batuk yang awalnya tanpa sesak, lalu berlanjut jadi sesak, bisa saja pneumonia, bronkiolitis, PS atau asma. Pergilah ke dokter untuk dipastikan apa diagnosisnya. Yang jelas: sesak adalah kegawatdaruratan,” ungkapnya. 

4. Batuk berkepanjangan di malam hari bisa pertanda asma

pexels/RENE Stock Project

Selain itu, batuk berkepanjangan juga bisa dipicu oleh asma. Ciri khasnya adalah batuk yang lebih sering muncul pada malam hari hingga membangunkan anak dari tidur, kadang disertai bunyi mengi atau wheezing.

Batuk biasanya mereda di siang hingga sore, namun kembali hebat di malam hari. Pemberian obat asma hirup atau inhalasi umumnya dapat meredakan gejala karena batuk tersebut merupakan bagian dari serangan asma (asthma attack).

“Penyebab lain: asma. Batuknya terutama malam hari, membangunkan dari tidur bisa > 1x. Dengan atau tanpa mengi/wheezing. Cenderung panjang 0 durasinya. Ketika pagi sd ° siang-sore mereda, malam hari batuk mengheboh. Pemberian obat asma hirup/ inhalasi meredakan batuknya, karena merupakan bentuk serangan asma (asthma attack),” jelas Dokter Apin. 

5. Batuk berkepanjangan pada anak kemungkinan bukan karena TBC

freepik/Onlyyouqj

Batuk memang bisa disebabkan oleh tuberkulosis (TBC), namun gejalanya berbeda antara anak remaja atau orang dewasa. Pada anak, batuk yang berlangsung lama, apalagi bila disertai pilek, jarang sekali sebagai tanda TBC. 

Biasanya batuk pada usia ini lebih sering dipicu oleh infeksi saluran pernapasan lain yang tidak berkaitan dengan TBC. Sebaliknya, pada remaja dan orang dewasa, batuk berkepanjangan perlu lebih diwaspadai sebagai kemungkinan gejala TBC. 

Terutama jika berlangsung selama berminggu-minggu tanpa membaik, maka pemeriksaan lebih lanjut sangat penting untuk memastikan penyebabnya.

“Batuk karena TBC (tuberkulosis): bisa banget. Tapi beda ya batuk TB pada anak praremaja dan remaja-dewasa. Batuk (<M apalagi pakai pilek pada [i] anak, sampai berminggu-minggu, jarang merupakan gejala dari TBC. Berbeda dengan batuk lama pada remaja-dewasa,” tulis Dokter Apin. 

5. Gejala TBC pada bayi

pexels/Helena Lopes

Batuk disertai pilek yang berlangsung berminggu-minggu pada anak umumnya disebabkan oleh selesma berulang atau infeksi yang saling menular kembali, sering disebut efek ‘pingpong’. 

Kondisi ini biasanya tidak berkaitan dengan TBC, sehingga orangtua tidak perlu langsung khawatir jika anak mengalami batuk pilek yang terus berulang. Namun, kemungkinan TBC tetap perlu dipertimbangkan bila batuk tidak kunjung membaik. 

Gejala TBC pada bayi bisa berupa batuk lebih dari tiga minggu, demam lebih dari dua minggu, berat badan tidak naik/turun, lemas, berkeringat di malam hari, atau muncul pembengkakan kelenjar getah bening. 

Karena itu, pemeriksaan dahak menjadi langkah penting dalam setiap kecurigaan TBC, termasuk pada anak. Dengan cara ini, penyebab batuk bisa diketahui lebih jelas dan penanganan dapat diberikan sesuai kebutuhan.

Nah, itu dia penyebab batuk dua minggu lebih belum sembuh. Pemeriksaan ke dokter menjadi langkah utama agar penyebab spesifik batuk dapat dipastikan dan anak mendapatkan penanganan yang tepat.

Editorial Team