Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Freepik/senivpetro
Freepik/senivpetro

Perkembangan emosi merupakan bagian penting dalam proses tumbuh kembang anak yang perlu diperhatikan oleh orangtua. Bahkan sejak usia dini, anak sudah mulai menunjukkan reaksi emosional sederhana yang nantinya akan berkembang seiring bertambahnya usia. 

Perubahan ini mencakup cara anak mengekspresikan perasaan, merespons interaksi sosial, hingga memahami emosi orang lain di sekitarnya. Dengan mengenali tahapan perkembangan emosi, orangtua dapat memberikan dukungan yang sesuai dengan kebutuhan anak di setiap fase pertumbuhannya.

Berikut Popmama.com rangkum tahapan perkembangan emosi anak sesuai usia. Yuk, simak selengkapnya, Ma!

1. Tahapan perkembangan emosi anak sesuai usia

Freepik

Emosi anak tidak berkembang secara tiba-tiba, tapi mengikuti pola sesuai usianya. Dengan memahami tahapannya, Mama bisa mendukung perkembangan emosi si Kecil dengan baik.

  • Usia 0–2 Bulan

Di tahap awal usia, anak umumnya mengekspresikan kebutuhannya melalui tangisan. Orangtua juga akan mulai melihat ia tersenyum dan menatap wajah orang di sekitarnya. Selain itu, ia memiliki cara alami untuk menenangkan diri, seperti mengisap jari atau dot.

  • Usia 2–4 Bulan

Memasuki usia ini, anak mulai menunjukkan tangisan yang berbeda tergantung situasinya, seperti saat merasa lapar, kelelahan, atau tidak nyaman. Ia pun sudah bisa membalas senyum dari orangtua atau orang lain. Di usia sekitar 4 bulan, anak mulai mengeluarkan suara-suara sebagai bentuk awal komunikasi.

  • Usia 4–6 Bulan

Pada fase ini, anak sudah dapat mengenali wajah orang-orang yang sering bersamanya. Ia mulai memperhatikan dan merespons ekspresi emosi dari orang lain di sekitarnya.  Tak jarang, anak juga sudah mulai tertarik melihat bayangan dirinya di cermin.

  • Usia 6–9 Bulan

Rasa takut terhadap orang asing atau lingkungan baru bisa mulai muncul di usia ini. Anak juga mulai menunjukkan preferensi pada benda tertentu dan cenderung hanya ingin bermain dengan mainan favoritnya saja.

  • Usia 12 Bulan

Ketika anak menginjak usia satu tahun, ia mulai menikmati bermain sendiri maupun bersama orang yang sudah dikenalnya. Permainan interaktif sederhana seperti cilukba biasanya sangat disukainya karena bisa merespons dan berinteraksi secara aktif.

  • Usia 2–4 Tahun

Di usia dua tahun, tantrum menjadi hal yang sering terjadi karena anak belum mampu menyampaikan keinginannya dengan kata-kata. Ia juga mulai bermain di dekat anak-anak lain, meski belum sepenuhnya berinteraksi secara langsung, ini disebut dengan parallel play.

Memasuki usia prasekolah, anak mulai menunjukkan berbagai emosi yang lebih kompleks seperti rasa sedih, cemburu, hingga takut kehilangan. Meski tantrum masih bisa terjadi, tapi biasanya mulai berkurang dibandingkan saat ia berusia dua tahun.

2. Tanda-tanda yang perlu diwaspadai orangtua

Freepik/prostooleh

Dalam proses tumbuh kembangnya, anak mungkin menunjukkan berbagai respons yang berbeda-beda. Namun, ada beberapa tanda yang perlu diwaspadai oleh orangtua terkait perkembangan emosi anak, di antaranya:

  1. Tidak menunjukkan perhatian saat ada orang di sekitarnya

  2. Tidak memberikan senyuman atau reaksi saat diajak berkomunikasi

  3. Tidak memperlihatkan emosi melalui tatapan mata atau ekspresi wajah

  4. Tidak tertarik mengikuti permainan sederhana seperti cilukba

  5. Menunjukkan ketidaktertarikan untuk bermain atau berinteraksi dengan orang lain

  6. Lebih sering melempar atau membanting mainan daripada menggunakannya untuk bermain dengan benar

Tanda-tanda tersebut penting untuk diwaspadai karena bisa menjadi indikator awal adanya keterlambatan atau gangguan dalam perkembangan emosi dan sosial anak.

3. Tips membantu anak mengelola emosi

Freepik/freepic.diller

  • Bantu anak mengenal emosi

Langkah awal agar anak bisa mengelola emosinya dengan baik adalah mengenalkan berbagai jenis perasaan sejak dini. 

Mama bisa bantu dengan menyebutkan jenis emosi yang mungkin sedang ia alami atau mengajak berdiskusi lewat cerita atau tontonan favorit. Dengan begitu, si Kecil akan terbiasa memahami dan mengekspresikan emosinya secara perlahan.

  • Validasi perasaan anak

Saat anak menangis karena hal kecil seperti terjatuh ringan, wajar jika orangtua ingin cepat menenangkannya. Tapi, jika perasaannya diabaikan atau dianggap sepele, justru bisa membuat emosinya tidak terkontrol. 

Sebaiknya, tunjukkan bahwa Mama memahami perasaan si Kecil. Sikap empati ini akan membuat ia merasa dimengerti sehingga lebih mudah untuk kembali tenang.

  • Ajarkan keterampilan mengelola emosi

Untuk membantu anak mengelola emosinya dengan lebih baik, orangtua bisa memperkenalkan berbagai cara sederhana agar ia bisa menenangkan diri.

Misalnya, ajari si Kecil untuk menarik napas dalam-dalam saat mulai marah, menghitung mundur agar pikirannya lebih tenang, atau mengucapkan kalimat positif yang membangkitkan semangat.

  • Tunjukkan contoh pengelolaan emosi yang baik

Sikap dan cara orangtua menghadapi tantangan sehari-hari akan menjadi contoh langsung bagi anak. 

Anak-anak sangat mudah meniru, termasuk dalam hal bagaimana cara bereaksi terhadap emosi. Maka, penting bagi Mama untuk menunjukkan bagaimana menghadapi situasi penuh tekanan dengan sikap tenang.

Nah, itu dia rangkuman mengenai tahapan perkembangan emosi anak sesuai usia. Semoga informasinya dapat membantu, ya, Ma!

Editorial Team