Dilansir dari World Health Organization atau WHO, stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak akibat gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak adekuat.
Anak bisa dikatakan stunting jika tinggi badan (untuk usia yang setara) mereka lebih dari dua standar deviasi di bawah median Standar Pertumbuhan Anak WHO.
Stunting yang terjadi pada awal kehidupan (1000 hari pertama sejak konsepsi hingga usia 2 tahun) memiliki konsekuensi fungsional yang merugikan pada anak di masa depan, Ma.
Dalam jangka pendek, stunting bisa menyebabkan beberapa hal berikut ini:
Memengaruhi perkembangan otak bayi
Memengaruhi pertumbuhan tulang dan otot bayi, berat dan tinggi badan, serta komposisi tubuh
Memengaruhi hormon serta metabolisme
Dalam jangka pendek, efek stunting belum terlalu jelas. Namun itu baru akan terasa si Anak memasuki dunia sekolah. Misalnya ia akan mengalami kesulitan dalam bahasa, matematika, atau mengikuti pelajaran.
Stunting dan kekurangan gizi menyebabkan perkembangan otak terganggu sehingga memengaruhi kemampuan kognitif anak kelak.
Jika stunting dan kekurangan gizi ini tidak ditangani dengan cepat, kemungkinan anak hanya mencapai 65% IQ normal, yaitu kurang dari 90. Artinya, ia hanya bisa bersekolah maksimal sampai bangku SMP aja. Dalam jangka panjang IQ akan turun sekitar 15-20 poin.
Untuk mengatasinya, terapi nutrisi dan stimulasi bermain dibutuhkan agar bayi atau balita bisa mencapai kecerdasan normal sesuai usianya.
Ilustrasi bayi menangis (Pexels.com/Antoni Shkraba Studio)